Tingkah laku Prososial (Prosocial behavior) adalah segala tindakan
menolong yang menguntungkan orang lain, tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang yang melakukannya ,dan mungkin membahayakan
dirinya sendiri. Misalnya: Santi lari ke dalam rumah yang sedang terbakar demi
menyelamatkan seorang anak kecil yang terperangkap di dalamnya. Dalam hal ini,
perilaku Santi disebut dengan perilaku Prososial. Lain ceritanya bila yang
masuk ke rumah tersebut adalah ibu dari anak yang terperangkap itu, karena
ibunya sama-sama diuntungkan karena tidak kehilangan anaknya. Sementara itu Altruisme (Altruism) adalah melakukan tindakan
yang tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain.
Dalam studi tingkah laku prososial, dikenal
konsep bystander yang didalamnya ada efek bystander—fakta menunjukkan bahwa kecenderungan untuk berespons
prososial pada keadaan darurat dipengaruhi oleh jumlahbystander yang ada. Sejalan dengan meningkatnya jumlah bystander, probabilitas bahwa seorang bystander akan menolong menurun
dan lamanya waktu sebelum pertolongan diberikan meningkat. Contoh: di tengah
kerumunan orang banya di pasar, seorang ibu terjatuh dan barang belanjaannya
tercecer kemana-mana. Dalam kondisi banyak orang seperti itu, besar kemungkinan
tidak ada yang menolong ibu tersebut karena terjadi penyebaran tanggung jawab—suatu pendapat bahwa
jumlah tanggung jawab yang diasumsikan oleh bystander pada suatu keadaan darurat dibagi di antara mereka. Jika
hanya ada 1 orang bystander, dia menanggung
keseluruhan tanggung jawab. Jika hanya ada 2 orang bystander, masing-masing menanggung 50% dari tanggung jawab. Jika ada
100 orang bystander, masing-masing menanggung 1% tanggung jawab. Makin banyak bystander, mereka makin merasa kurang bertanggung jawab untuk bertindak.
Terdapat 5 langkah yang dapat menentukan untuk
melakukan tindakan prososial atau tindakan berdiam diri saja:
1.
Menyadari
adanya keadaan darurat. Contoh: Di jalan
tol Susi mendengar teriakan minta tolong, dan ternyata ada kecelakaan di jalan
tol, lalu dia juga mendengar anak kecil yang menangis. Namun, seseorang
yang terlalu sibuk untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya gagal untuk
menyadari situasi darurat yang nyata-nyata terjadi. Pertolongan tidak diberikan
karena tidak adanya kesadaran bahwa keadaan darurat itu terjadi. Contoh: bisa
saja saat itu Susi terlalu asyik dengan mp4 nya sehingga tidak memperhatikan
tanda-tanda akan adanya keadaan darurat.
2.
Menginterpretasikan
keadaan sebagai keadaan darurat. Contoh: setelah menyadari adanya keadaan darurat di jalan tol
tadi, Susi kemudian menilai apakah kejadian tersebut darurat? Seberapa
daruratnya kah?, dst. Ketika orang yang potensial menolong tidak yakin
sepenuhnya apa yang terjadi, mereka cenderung untuk menahan diri dan menunggu
informasi lebih lanjut. Kecenderungan yang berada dalam sekelompok orang asing
untuk menahan diri dan tidak berbuat apa pun disebut sebagai pengabaian majemuk (pluralistic ignorance). Yaitu, karena bystander tidak tahu dengan jelas apa yang sedang
terjadi, masing-masing bergantung pada yang lain untuk memberi petunjuk.
3.
Mengasumsikan
bahwa dirinya bertanggung jawab untuk menolong. Contoh: setelah Susi menginterpretasik bahwa kejadian itu adalah
bahaya—yaitu terjadi kecelakaan di jalan tol dia kemudian akan berpikir: apakah
saya harus menolongnya? Berapa banyak orang yang bisa datang membantu? Apakah
saya harus ikut membantu?. Salah satu alasan bahwa bystander yang seorang diri lebih mungkin untuk
bertindak prososial adalah karena tidak ada orang lain yang dapat bertanggung
jawab.
4.
Mengetahui
apa yang harus dilakukan. Contoh: setelah
mengasumsikan bahwa dirinya harus menolong, Susi berpikir tindakan apa yang
harus dilakukan? Pertama dia akan menelpon nomor darurat 911 dan ambulance lalu
dia akan mencari korban yang mungkin tertindih di sela-sela mobil. Beberapa
keadaan darurat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang tidak
dimiliki oleh ebanyakan bystander, seperti
menolong korban tenggelam.
5.
Mengambil
keputusan untuk menolong. Contoh:
Susi akhirnya memutuskan untuk menolong korban kecelakaan tersebut. Ini adalah
tahap yang paling menentukan: apakah bystander akhirnya
memutuskan untuk menolong korban tersebut atau hanya berdiam diri?
Factor-faktor
yang mendorong tindakan prososial ada 7, yaitu:
1.
Daya tarik fisik. Apa
pun factor yang dapat meningkatkan ketertarikan bystander pada korban akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya respons prososial apabila individu tersebut membutuhkan pertolongan
atau orang menolong orang lain karena orang tersebut punya kemiripan dengan
kita.
2.
Atribusi pada korban.
Contoh: ketika Santi melihat ada orang terjatuh, dan setelah melihat ternyata
orang tersebut membawa botol minuman keras, Santi akan menilai bahwa orang
tersebut terjatuh karena kesalahannya sendiri sehingga tidak perlu ditolong.
3.
Pengalaman pada kejadian prososial. Contoh: Susi pernah membantu seorang ibu-ibu yang terjatuh di
pasa. Ternyata ib tersebut adalah seorang pencopet dan langsung saja setelah
ditolong ia merampas dompet Susi dan melarikan diri. Kejadian ini dapat
mempengaruhi Susi untuk melakukan tindakan prososial di masa mendatang.
4.
Kondisi emosional bystander. Kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang
terjadinya tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati
yang tidak baik akan menghambat pertolongan. Namun, Jika tingkah laku prososial
dapat merusak suasana baik hati seseorang, suasana hati yang baik menyebabkan
berkurangnya perilaku menolong. Sebaliknya juga bila perilaku prososial dapat
memberikan pengaruh positif pada emosi yang negatif, maka suasana hati
yang buruk dapat menyebabkan meningkatnya perilaku menolong. Rasa kesedihan dan
kehilangan juga dapat meningkatkan perilaku prososial karena dapat menjadi
kompensasi atas rasa kehilangannya.
5.
Empati—respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distress
emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
6.
Factor disposisional (gen, wanita). Wanita cenderung lebih mau menolong daripada pria.
7.
Kejadian khusus.
Ada 3 motif utama ketika seseorang dihadapkan
pada sebuah dilemma moral:
·
Self interest—motivasi untuk terlibat dalam tingkah laku apa pun yang
menyediakan kepuasan terbesar. Kadang-kadang sisebut juga dengan egoism—pertimbangan eksklusif
terhadap kebutuhan serta kesejahteraan pribadi dan bukan terhadap kebutuhan dan
kesejahteraan orang lain. Contoh: Susi memberikan sumbangan ke sebuah panti
asuhan dengan catatan namanya harus tercantum.
·
Integritas
noral (moral integrity)—motivasi untu
bermoral dan benar-benar terlibat dalam tingkah laku moral.
·
Hipokrasi
moral (moral hypocrisy)—motivasi untuk
terlihat bermoral selagi melakukan apa yang terbaik untuk menghindari kerugian
yang dilibatkan dalam tindakan bermoral yang sebenarnya.
Ada 4 teori utama yang mencoba menjelaskan
penyebab tingkah laku menolong:
1.
Hipotesis
empati-altruisme (emphaty-altruism
hypothesis): sebuah dugaan bahwa tingkah laku prososial hanya dimotivasi oleh
keinginan untuk menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan.
2.
Hipotesis
mengurangi afek negatif (negative-state
relief hypothesis): penjelasan yang menyatakan bahwa perilaku prososial dimotivasi
oleh keinginan bystander untuk
mengurangi emosional negatifnya sendiri. Orang-orang kadang menolong karena
mereka berada pada suasana hati yang jelek dan ingin membuat diri sendiri
meresa lebih baik.
3.
Hipotesis
kesenangan empatik (emphatic
joy hypothesis): penjelasan yang menyatakan bahwa perilaku prososial dimotivasi
oleh emosi positif yang diantisipasi penolong untuk dimiliki sebagai hasil dari
memiliki pengaruh menguntungkan pada hidup seseorang yang membutuhkan. Penolong
berespons pada kebutuhan korban karena dia ingin merasa enak karena berhasil
mencapai sesuatu.
4.
Hipotesis
determinisme genetis (genetic
determinism hypothesis): penjelasan yang menyatakan bahwa tingkah laku didorong oleh
atribut genetis yang berevolusi karena atribut tersebut meningkatkan
kemungkinan untuk mewariskan gen seeorang pada generasi berikkutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar