BAB 111
METODE PENELITIAN
A.
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel
dalarn penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel
Bebas (X) : Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
2. Variabel
Tergantung (Y) : Kercendemgan Emotional Focused Coping
B. Definisi
Operasional Variabel Penelitian
1. Persepsi
Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
Persepsi
terhadap pola asuh orangtua otoriter adalah tingkah laku atau cara mengasuh
orangtua dengan aturan-aturan yang ketat dan kaku yang memaksa anak untuk
bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh orangtuanya, tanpa diberi kesempatan
untuk menyatakan pendapatnya. Persepsi terhadap pola asuh orangtua diukur
dengan skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter yang disusun oleh
Rohbins (2001) dan Baumrind (dalam Issriati, 1999) yang tclah dimodifikasi oleh
perleliti yang meliputi aspek persepsi terhadap komunikasi yang searah, persepsi
terhadap penerapan disiplin yang kaku, persepsi terhadap kebutuhm yang kurang,
dan persepsi pandangan terhadap diri anak yang negatif. Semakin tinggi nilai
skala semakin tinggi persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter.
2.
Kecenderungan Emotional Focused Coping Pada Remaja
Emotional
foczlsed coping adalah strategi mengatasi masalah yang dilakukan
i ndividu secara sadar sebagai usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres
dan tekanzn yang dirasakan dengan cara berusaha mempertahankan afeksinya,
sebagaimana di ungkap oleh skala Emotional Focused Coping (EFC) yang
disusun oleh Aldwin dan Revenson (dalam Setyowati, 2003), yang meliputi aspek escapism
(pelmian dari masalah), minimization (pengurangan bebail masalah), self
blame (penyalahan diri sendiri), dan seeking meaning (pencarian
arti). Semakin tinggi skor yang diperoleh semaltin tinggi pula kecenderungan
penggunaan emotionalfocused coping.
C. Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi
adalah sekelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi penelitian. Sebagai
suatu populasi, kelompok subjek hams memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2004). Adapun populasi
dari penelitian adalah siswa-siswi SMAN I Prambanan, Klaten tahun ajaran 2003/2004 yang mempunyai
ciri-ciri;
a. Kelas I
b.
Bertempat tinggal dengan orangtuanya
c. Usia
antara 15- 17 tahun
Penelitian
mengguiiakan subjek kelas satu SMA karena secara teoritis siswa kelas satu SMA
termasuk dalam masa remaja awal yang berada pada usia antara 15-17 tahun
(Hurlock, 1990), dimana semua perubahan baik fisik maupun psikis dimulai pada
masa ini atau pada usia tersebut.
2. Sampel
Penelitian
Sampel
penelitian adalah bagian dari populasi (Azwar, 2004). 'Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random cluster
sampling, yaitu teknik yang digunakan apabila populasi tidak terdiri dari
individu-individu melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
Tabel I
|
||||
Tabel Deskripsi Populasi Penelitian
|
||||
Kelas I
|
Putra
|
Putri
|
Jumlah
|
|
1 a
|
12
|
28
|
40
|
|
1 b
|
11
|
28
|
39
|
|
1 c
|
12
|
28
|
40
|
|
1 d
|
10
|
28
|
38
|
|
1 e
|
11
|
28
|
39
|
|
1 f
|
12
|
28
|
40
|
|
Total
|
68
|
168
|
236
|
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian dilakukan dengan menggunakan skala. Metode tersebut digunakan dengan
pertimbangan bahwa variable-variabel dalam penelitian yaitu persepsi terhadap
pola asuh orang tua otoriter dan kecenderumgan emotional focused
coping, lebih mudah diungkap dengan menggunakan skala, selain itu skala
memiliki bentuk yang langsung mendasarkan pada laporan tentang
diri
sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, hal-ha1 yang
dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah hal-ha1 yang benar dan dapat
dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan
sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Metode
penskalaan yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan (Method of
Summated Ratings) dari Likert yang terdiri atas lima pilihan jawaban yaitu : sangat
sering (SS), sering (S), tidak tahu (TT), tidak sering (TS), dan sangat tidak
sering (STS) untuk skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dan
sangat setirju (SS), seluju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS) untuk skala kecenderungan emotional focused coping. Prosedur
penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari dua asumsi, yaitu:
1. Setiap
pernyataan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai kategori pernyataan
favorable dan pernyataan unfavorable.
2. Jawaban
yang diberikan oleh subjek yang memiliki respon positif harus diberi bobot atau
nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh subjek yang
mempunyai respon negatif.
Penyusunan
skala berdasarkan pembagian aitem, yang terdiri dari aitcm favorable yaitu
aitem inemihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang
diukur dan aitem unfavorable yaitu aitem yang tidak memihak pada objek
ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2000).
Skala dalam penelitian terdiri dari dua macarn skala yaitu : skala persepsi terhadap pola asuh orangtua
otoriter dan skala kecenderungan emotional focused coping
1. Skala
Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
Skala akan
diungkap dengan menggunakan skala pola asuh orangtua otoriter yang disusun oleh
Baurnrind (dalam Issriati, 1999) yang telah dimodifikasi oleh peneliti dimana
aitem yang ada mengalami penyempurnaan kalimat
dengan memasukkan aspek persepsi menurut Robbins (2001) sehingga dihasilkan
skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter. Skala persepsi terhadap
pola asuh orang tua otoriter meliputi berbagai dimensi.
a. Persepsi
terhadap komunikasi yang searah
Komunikasi
ini mencangkup kesempatan untuk mengemukakan pendapat, keinginan, keluh kesah
serta sempat berdiskusi atau dialog. Pola asuh otoriter biasanya jarang
menerapkan komunikasi seperti ini, orang tua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan keluh kesah,
keinginan atau pendapatnya.
b. Persepsi
terhadap penerapan disiplin yang kaku
Penerapan
disiplin yang diterapkan adalah berupa kontrol nilai-nilai dan aturan yang
diterapkan dalam keluarga. Pola asuh otoriter sangat keras dalam mengontrol
atau menerapkan aturan bahkan sering diikuti llukuman.
c. Persepsi
terhadap pemenuhan kebutuhan yang kurang
Pemenuhan
kebutuhan fisik seperti sarana untuk melakukan aktivitas dan kebutuhan berupa
perhatian dan kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan anak dalam pola asuh otoriter jarang dilakukan karena
kekuasaan beracla di tangan orangtua.
d. Persepsi
pandangan terhadap diri anak
Merupakan
bentuk pergaulan dan penghargaan terhadap posisi dan kedudukan anak. Dalam pola
asuh otoriter orangtua membatasi pergaulan anak, jarang memberikan hadiah ataupun
sanjungan scbagai penghargaan, anak merasa tidak mendapatkan perhatian dari orangtua, sehingga merasa tidak
diakui.
Aitem-aitem
yang digunakan dalam skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dari
aitem favorable dan aitem unfavorable yang terdiri atas 48butir,
terbgi dalm 24 butir favoruble dan 24 butir unfavorable. Kisi-kisi
skala pcrsepsiterhadap pola asuh orangtua otoritcr dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Kisi-kisi Skala
Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
No.
|
Persepsi
|
|
Pola Asuh Otoriter Orang Tua
|
Nomor Butir
|
∑
|
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Pihak Pelaku Persepsi
|
a.
|
Komunikasi yang searah
|
1,25
|
13,37
|
4
|
b.
|
Penerapan disiplin
yang kaku
|
22,46
|
10,34
|
4
|
||
c.
|
Kurangnya pemenuhan
kebutuhan
|
7,31
|
19,43
|
4
|
||
d.
|
Pandangan terhadap
diri anak yang negatif
|
16,40
|
4,28
|
4
|
||
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Objek atau target
persepsi
|
a.
|
Komunikasi yang searah
|
5,29
|
17,41
|
4
|
|
b.
|
Penerapan disiplin
yang kaku
|
14,38
|
2,26
|
4
|
|
|
c.
|
Kurangnya pemenuhan
kebutuhan
|
11,35
|
23,47
|
4
|
|
|
d.
|
Pandangan terhadap
diri anak yang negatif
|
20,44
|
8,32
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Situasi
|
a.
|
Komunikasi yang searah
|
9,33
|
21,45
|
4
|
|
|
b.
|
Penerapan disiplin
yang kaku
|
18,42
|
6,30
|
4
|
|
|
c.
|
Kurangnya pemenuhan
kebutuhan
|
3,27
|
15,39
|
4
|
|
|
d.
|
Pandangan terhadap
diri anak yang negatif
|
24,48
|
12,36
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
|
|
24
|
24
|
48
|
Skala
persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter terbagi dalam lima alternatif
,jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), tidak tahu (TT), tidak sering
(TS), dan sangat tidak sering (STS). Penilaian jawaban untuk aitem favorable
berkisar antara 4 sampai dengan 0. Nilai 4 untuk jawaban SS, nilai 3 untuk
jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT, nilai 1 untuk jawaban TS dm nilai 0 untuk
jawaban STS. Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable berkisar antara
0 samyai dengan 4. Nilai 0 untuk jawaban SS, nilai 1 untuk jawaban S, nilai 2 untuk
jawaban TT, nilai 3 untuk jawaban 'I'S dan nilai
4 untuk jawaban STS.
Angka 1
smpai dengan 4 merupakan nilai respon individu dari yang terendah sarnpai
dengan yang tertinggi. Distribusi skor skala persepsi terhadap pola asuh orangtua
otoriter dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3.
Distribusi Skor
Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
|
Pernyataan
|
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
Sangat Sering (SS)
|
4
|
0
|
Sering (S)
|
3
|
1
|
Tidak Tahu (TT)
|
2
|
2
|
Tidak Sering (TS)
|
1
|
3
|
Sangat Tidak Sering
(STS)
|
0
|
4
|
2. Skala kecenderungan emolional focused
coping
Skala
kecenderungan emolional focused coping yang digunakan merupakan modifikasi oleh pencliti dcngan jalan mcngubah
kalimat pada beberapa aitem dari skala yang disusun oleh Aldwin & Reveilson
dalam Setyowati (2003). Skala emotional focused coping mengukur beberapa
aspek yang meliputi;
a. Escapism
(pelarian dari masalah)
Individu menghindari
masalah yang ada dengan berkhayal seandainya berada pada saat lain yang lebih
menyenangkan, menghindari memikirkan masalah dan melarikan diri dari situasi stress
yang dihadapi dengan makan atau tidur lebih banyak.
b.
Minimization (pengurangan beban masalah)
Individu berusaha
secara sadar mengurangi masalah yang ada dengar menganggapnya seolah-olah tidak
ada. Strategi ini berbeda dengan penyangkalan pada ego defence mechanism, karena
strategi ini tidak membawa akibat yang buruk. Individu yang menggunakan
strategi ini mempunyai kemampuan dalarn mengendalikan nafsunya.
c.
SeIfblame (penyalahan diri sendiri)
Individu
cenderung menyalahkan dan menghukum diri sendiri serta lncnyesali apa yang
terjadi. Dalam strategi ini memiliki sifat pasif yang lebih diarahkan pada dirinya sendiri, daripada usaha untuk
keluar dari masalah yang akhirnya mengarahkan pada perasaan untuk menghukum diri
dan menyesali terhadap apa yang sudah terjadi.
d. Seeking
meaning (pencarian arti)
Individu
berusaha mencari arti kegagalan yang dialami pada dirinya dan melihat segi-segi
yang lebih penting dalam hidupnya dan terus mencoba menemukan jawaban dari masalah
yang sedang dihadapi melalui kepercayaan yang diyakini.
Skala emotional
focused coping disusun dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.
Skala emotional focused coping terdiri dari 48 aitem
pernyataan dengan 24 aitem pernyataan ,favorable dan 24 aitem pernyataan
unfavorable.
Skala emotional
focused coping terbagi dalam lima altematif jawaban yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Penilaian jawaban untuk aitem favorable berkisar antara 4 sampai
dengan 0. Nilai 4 untuk jawaban SS, nilai 3 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban
TT, nilai 1 untuk jawaban
TS dan nilai 0 untuk jawaban STS. Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable
berkisar antara 0 sampai dengan 4.
Nilai 0 untuk jawaban SS, nilai 1 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT,
nilai 3 untuk jawaban TS dan nilai 4 untuk jawaban STS. Angka 1 sampai dengan 4
merupakan nilai respon individu dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi.
Distribusi
skor emotional focused coping dapat dilihat pada 'Tabel 4
Tabel 4
Distribusi Skor Skala Emotional
Focused Coping
|
Pernyataan
|
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
Sangat Setuju (SS)
|
4
|
0
|
Setuju (S)
|
3
|
1
|
Tidak Tahu (TT)
|
2
|
2
|
Tidak Setuju (TS)
|
1
|
3
|
Sangat Tidak Setuju
(STS)
|
0
|
4
|
E.
Validitas dan Reliabilitas
1.
Validitas
Dalam suatu
panelitian ilmiah sangat diperlukan penggunaan alat ukur yalg tcpat dan cermat
untuk memperoleh data yang akurat. Keakuratan data tersebut salah satunya dapat
diperoleh dcngan cara menguji validitasnya terlebih dahulu. Validitas alat ukur
berhubungan dengan sejauhmana ketepatari dan kecermatan suatu alat ukur dalarn
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau alat ultur mempunyai validitas yang
tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya dan memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2000).
Validitas
yang digunakan dalam pcnelilian yaitu content validily atau validilas
isi yang berarti sejauh mana aitem-aitem dalam suatu tes mencakup seluruh
kawasan isi objek yang diukur dengan analisis rasional, artinya skala tersebut harus
komprehensif isinya dan hanya memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran
(Azwar, 1997). Validitas isi adalah validitas yang dapat dilihat dari
kesesuaian aitem dengan blue printnya. Blue print yang disusun pada awal
pembuatan alat ukur memuat aspek-aspek yang akan diungkap melalui alat ukur.
Adapun rumus validitas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
rix =
Validitas
x = Skor
skda
i = Skor
aitem
n =
Banyaknya subjek
2. Reliabilitas
Reliabilitas
adalah sejauhmana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tetap bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap subyek yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Azwar, 2000).
Reliabilitas diperoleh dengan mcngkorelasikan aitem yang satu dengan aitem yang
lain. Konsep reliabilitas terkait dengan
masalah kesalahan pengukuran (error of measurement) dan masalah
pengambilan sampel (sampling error). Kesalahan pengukuran menunjukkan
sejauhmana ketidak konsistenan hasil pengukuan dapat terjadi apabila pengukuran
dilakukan berulang pada subyek yang sama, sedangkan
pengambilan
sampel mengacu pada inconsistensian hasil ukur apabila dilakukan pengulturan
pada subyek yang berbeda.
Sebelum
dilakukan pengambilan data terlebih dahulu dilakukan uji coba . terhadap alat
ukur penelitian dan hasil dari uji coba akan dianalisa untuk mengetahui
validitas aitem dan reliabilitas alat ukur penelitian untuk skala emotionul
focused coping. Setelah diperoleh validitas dan reliabilitas yang memenuhi
standar maka alat ukur tersebut siap digunakan untuk pengambilan data
penelitian. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik korelasi
formula alpha (a) dari Cronbach. Adapun rumus realibilitas adalah sebagai
berikut:
rtt
|
=
|
1
|
-
|
Mke
|
Mks
|
Keterangan:
rtt =
Reliabilitas alat ukur
Mke = Mean
kuadrat kesalahan atau mearn kuadrat interaksi
Mks = Mean
kuadrat antar aitem
1 =
Bilangan konstan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar