JS

Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 02 Juli 2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN EMOTIONAL FOCUSED COPING PADA REMAJA BAB III

BAB 111
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalarn penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X) : Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
2. Variabel Tergantung (Y) : Kercendemgan Emotional Focused Coping
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
Persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter adalah tingkah laku atau cara mengasuh orangtua dengan aturan-aturan yang ketat dan kaku yang memaksa anak untuk bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh orangtuanya, tanpa diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya. Persepsi terhadap pola asuh orangtua diukur dengan skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter yang disusun oleh Rohbins (2001) dan Baumrind (dalam Issriati, 1999) yang tclah dimodifikasi oleh perleliti yang meliputi aspek persepsi terhadap komunikasi yang searah, persepsi terhadap penerapan disiplin yang kaku, persepsi terhadap kebutuhm yang kurang, dan persepsi pandangan terhadap diri anak yang negatif. Semakin tinggi nilai skala semakin tinggi persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter.
2. Kecenderungan Emotional Focused Coping Pada Remaja
Emotional foczlsed coping adalah strategi mengatasi masalah yang dilakukan i ndividu secara sadar sebagai usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres dan tekanzn yang dirasakan dengan cara berusaha mempertahankan afeksinya, sebagaimana di ungkap oleh skala Emotional Focused Coping (EFC) yang disusun oleh Aldwin dan Revenson (dalam Setyowati, 2003), yang meliputi aspek escapism (pelmian dari masalah), minimization (pengurangan bebail masalah), self blame (penyalahan diri sendiri), dan seeking meaning (pencarian arti). Semakin tinggi skor yang diperoleh semaltin tinggi pula kecenderungan penggunaan emotionalfocused coping.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek hams memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2004). Adapun populasi dari penelitian adalah siswa-siswi SMAN I Prambanan, Klaten  tahun ajaran 2003/2004 yang mempunyai ciri-ciri;
a. Kelas I
b. Bertempat tinggal dengan orangtuanya
c. Usia antara 15- 17 tahun
Penelitian mengguiiakan subjek kelas satu SMA karena secara teoritis siswa kelas satu SMA termasuk dalam masa remaja awal yang berada pada usia antara 15-17 tahun (Hurlock, 1990), dimana semua perubahan baik fisik maupun psikis dimulai pada masa ini atau pada usia tersebut.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi (Azwar, 2004). 'Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random cluster sampling, yaitu teknik yang digunakan apabila populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
Tabel  I
Tabel Deskripsi Populasi Penelitian
Kelas I
Putra
Putri
Jumlah
1 a
12
28
40
1 b
11
28
39
1 c
12
28
40
1 d
10
28
38
1 e
11
28
39
1 f
12
28
40
Total
68
168
236

D.  Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan skala. Metode tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa variable-variabel dalam penelitian yaitu persepsi terhadap pola asuh orang tua otoriter dan kecenderumgan emotional focused coping, lebih mudah diungkap dengan menggunakan skala, selain itu skala memiliki bentuk yang langsung mendasarkan pada laporan tentang
diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, hal-ha1 yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah hal-ha1 yang benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Metode penskalaan yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings) dari Likert yang terdiri atas lima pilihan jawaban yaitu : sangat sering (SS), sering (S), tidak tahu (TT), tidak sering (TS), dan sangat tidak sering (STS) untuk skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dan sangat setirju (SS), seluju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) untuk skala kecenderungan emotional focused coping. Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari dua asumsi, yaitu:
1. Setiap pernyataan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai kategori pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.
2. Jawaban yang diberikan oleh subjek yang memiliki respon positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh subjek yang mempunyai respon negatif.
Penyusunan skala berdasarkan pembagian aitem, yang terdiri dari aitcm favorable yaitu aitem inemihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur dan aitem unfavorable yaitu aitem yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2000). Skala dalam penelitian terdiri dari dua macarn skala yaitu :  skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dan skala kecenderungan emotional focused coping
1. Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter
Skala akan diungkap dengan menggunakan skala pola asuh orangtua otoriter yang disusun oleh Baurnrind (dalam Issriati, 1999) yang telah dimodifikasi oleh peneliti dimana aitem yang ada mengalami penyempurnaan  kalimat dengan memasukkan aspek persepsi menurut Robbins (2001) sehingga dihasilkan skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter. Skala persepsi terhadap pola asuh orang tua otoriter meliputi berbagai dimensi.
a. Persepsi terhadap komunikasi yang searah
Komunikasi ini mencangkup kesempatan untuk mengemukakan pendapat, keinginan, keluh kesah serta sempat berdiskusi atau dialog. Pola asuh otoriter biasanya jarang menerapkan komunikasi seperti ini, orang tua tidak memberikan kesempatan  pada anak untuk mengungkapkan keluh kesah, keinginan atau pendapatnya.
b. Persepsi terhadap penerapan disiplin yang kaku
Penerapan disiplin yang diterapkan adalah berupa kontrol nilai-nilai dan aturan yang diterapkan dalam keluarga. Pola asuh otoriter sangat keras dalam mengontrol atau menerapkan aturan bahkan sering diikuti llukuman.
c. Persepsi terhadap pemenuhan kebutuhan yang kurang
Pemenuhan kebutuhan fisik seperti sarana untuk melakukan aktivitas dan kebutuhan berupa perhatian dan kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan anak dalam  pola asuh otoriter jarang dilakukan karena kekuasaan beracla di tangan orangtua.
d. Persepsi pandangan terhadap diri anak
Merupakan bentuk pergaulan dan penghargaan terhadap posisi dan kedudukan anak. Dalam pola asuh otoriter orangtua membatasi pergaulan anak, jarang memberikan hadiah ataupun sanjungan scbagai penghargaan, anak merasa tidak mendapatkan  perhatian dari orangtua, sehingga merasa tidak diakui.
Aitem-aitem yang digunakan dalam skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dari aitem favorable dan aitem unfavorable yang terdiri atas 48butir, terbgi dalm 24 butir favoruble dan 24 butir unfavorable. Kisi-kisi skala pcrsepsiterhadap pola asuh orangtua otoritcr dapat dilihat pada Tabel 2.







Tabel 2
Kisi-kisi Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter

No.
Persepsi

Pola Asuh Otoriter Orang Tua
Nomor Butir

Favorable
Unfavorable






1.
Pihak Pelaku Persepsi
a.
Komunikasi yang searah
            1,25
          13,37
4
b.
Penerapan disiplin yang kaku
          22,46
          10,34
4
c.
Kurangnya pemenuhan kebutuhan
            7,31
          19,43
4
d.
Pandangan terhadap diri anak yang negatif
          16,40
            4,28
4






2.
Objek atau target persepsi
a.
Komunikasi yang searah
            5,29
          17,41
4

b.
Penerapan disiplin yang kaku
          14,38
            2,26
4

c.
Kurangnya pemenuhan kebutuhan
          11,35
          23,47
4

d.
Pandangan terhadap diri anak yang negatif
          20,44
            8,32
4






3.
Situasi
a.
Komunikasi yang searah
            9,33
          21,45
4


b.
Penerapan disiplin yang kaku
          18,42
            6,30
4


c.
Kurangnya pemenuhan kebutuhan
            3,27
          15,39
4


d.
Pandangan terhadap diri anak yang negatif
          24,48
          12,36
4








TOTAL


24
24
48

Skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter terbagi dalam lima alternatif ,jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), tidak tahu (TT), tidak sering (TS), dan sangat tidak sering (STS). Penilaian jawaban untuk aitem favorable berkisar antara 4 sampai dengan 0. Nilai 4 untuk jawaban SS, nilai 3 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT, nilai 1 untuk jawaban TS dm nilai 0 untuk jawaban STS. Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable berkisar antara 0 samyai dengan 4. Nilai 0 untuk jawaban SS, nilai 1 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT, nilai 3 untuk jawaban 'I'S dan nilai 4 untuk jawaban STS.
Angka 1 smpai dengan 4 merupakan nilai respon individu dari yang terendah sarnpai dengan yang tertinggi. Distribusi skor skala persepsi terhadap pola asuh orangtua otoriter dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3.
Distribusi Skor Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Otoriter


Pernyataan

Favorable
Unfavorable
Sangat Sering (SS)
4
0
Sering (S)
3
1
Tidak Tahu (TT)
2
2
Tidak Sering (TS)
1
3
Sangat Tidak Sering (STS)
0
4

2.   Skala kecenderungan emolional focused coping
Skala kecenderungan emolional focused coping yang digunakan merupakan modifikasi oleh pencliti dcngan jalan mcngubah kalimat pada beberapa aitem dari skala yang disusun oleh Aldwin & Reveilson dalam Setyowati (2003). Skala emotional focused coping mengukur beberapa aspek yang meliputi;
a. Escapism (pelarian dari masalah)
Individu menghindari masalah yang ada dengan berkhayal seandainya berada pada saat lain yang lebih menyenangkan, menghindari memikirkan masalah dan melarikan diri dari situasi stress yang dihadapi dengan makan atau tidur lebih banyak.
b. Minimization (pengurangan beban masalah)
Individu berusaha secara sadar mengurangi masalah yang ada dengar menganggapnya seolah-olah tidak ada. Strategi ini berbeda dengan penyangkalan pada ego defence mechanism, karena strategi ini tidak membawa akibat yang buruk. Individu yang menggunakan strategi ini mempunyai kemampuan dalarn mengendalikan nafsunya.
c. SeIfblame (penyalahan diri sendiri)
Individu cenderung menyalahkan dan menghukum diri sendiri serta lncnyesali apa yang terjadi. Dalam strategi ini memiliki sifat pasif yang lebih diarahkan  pada dirinya sendiri, daripada usaha untuk keluar dari masalah yang akhirnya mengarahkan pada perasaan untuk menghukum diri dan menyesali terhadap apa yang sudah terjadi.
d. Seeking meaning (pencarian arti)
Individu berusaha mencari arti kegagalan yang dialami pada dirinya dan melihat segi-segi yang lebih penting dalam hidupnya dan terus mencoba menemukan jawaban dari masalah yang sedang dihadapi melalui kepercayaan yang diyakini.
Skala emotional focused coping disusun dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Skala emotional focused coping terdiri dari 48 aitem pernyataan dengan 24 aitem pernyataan ,favorable dan 24 aitem pernyataan unfavorable.

Skala emotional focused coping terbagi dalam lima altematif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian jawaban untuk aitem favorable berkisar antara 4 sampai dengan 0. Nilai 4 untuk jawaban SS, nilai 3 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT, nilai 1 untuk jawaban TS dan nilai 0 untuk jawaban STS. Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable  berkisar antara 0 sampai dengan 4. Nilai 0 untuk jawaban SS, nilai 1 untuk jawaban S, nilai 2 untuk jawaban TT, nilai 3 untuk jawaban TS dan nilai 4 untuk jawaban STS. Angka 1 sampai dengan 4 merupakan nilai respon individu dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
Distribusi skor emotional focused coping dapat dilihat pada 'Tabel 4
Tabel 4
Distribusi Skor Skala Emotional Focused Coping

Pernyataan

Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju (SS)
4
0
Setuju (S)
3
1
Tidak Tahu (TT)
2
2
Tidak Setuju (TS)
1
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
0
4



E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Dalam suatu panelitian ilmiah sangat diperlukan penggunaan alat ukur yalg tcpat dan cermat untuk memperoleh data yang akurat. Keakuratan data tersebut salah satunya dapat diperoleh dcngan cara menguji validitasnya terlebih dahulu. Validitas alat ukur berhubungan dengan sejauhmana ketepatari dan kecermatan suatu alat ukur dalarn melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau alat ultur mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2000).
Validitas yang digunakan dalam pcnelilian yaitu content validily atau validilas isi yang berarti sejauh mana aitem-aitem dalam suatu tes mencakup seluruh kawasan isi objek yang diukur dengan analisis rasional, artinya skala tersebut harus komprehensif isinya dan hanya memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran (Azwar, 1997). Validitas isi adalah validitas yang dapat dilihat dari kesesuaian aitem dengan blue printnya. Blue print yang disusun pada awal pembuatan alat ukur memuat aspek-aspek yang akan diungkap melalui alat ukur. Adapun rumus validitas adalah sebagai berikut:



Keterangan:
rix = Validitas
x = Skor skda
i = Skor aitem
n = Banyaknya subjek

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauhmana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif  tetap bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Azwar, 2000). Reliabilitas diperoleh dengan mcngkorelasikan aitem yang satu dengan aitem yang lain. Konsep reliabilitas terkait dengan  masalah kesalahan pengukuran (error of measurement) dan masalah pengambilan sampel (sampling error). Kesalahan pengukuran menunjukkan sejauhmana ketidak konsistenan hasil pengukuan dapat terjadi apabila pengukuran dilakukan berulang pada subyek yang sama, sedangkan
pengambilan sampel mengacu pada inconsistensian hasil ukur apabila dilakukan pengulturan pada subyek yang berbeda.
Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu dilakukan uji coba . terhadap alat ukur penelitian dan hasil dari uji coba akan dianalisa untuk mengetahui validitas aitem dan reliabilitas alat ukur penelitian untuk skala emotionul focused coping. Setelah diperoleh validitas dan reliabilitas yang memenuhi standar maka alat ukur tersebut siap digunakan untuk pengambilan data penelitian. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik korelasi formula alpha (a) dari Cronbach. Adapun rumus realibilitas adalah sebagai berikut:
rtt
=
1
-
Mke
Mks



Keterangan:
rtt = Reliabilitas alat ukur
Mke = Mean kuadrat kesalahan atau mearn kuadrat interaksi
Mks = Mean kuadrat antar aitem

1 = Bilangan konstan
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://isroi.files.wordpress.com/2010/01/chicken-egg.gif%3Fw%3D468&imgrefurl=http://www.jualcdsoftware.com/2011/11/cara-pasang-animasi-lucu-pada-blog.html&usg=__pffPdWlC4BLeIxRZKT3efI3QZhc=&h=200&w=250&sz=16&hl=id&start=17&sig2=lK53suQGqNLsKL51AuVHUw&zoom=1&tbnid=dl58wn7gc0YGOM:&tbnh=89&tbnw=111&ei=0QLTUeTEJMa8rAf8pYCQAQ&itbs=1&sa=X&ved=0CEoQrQMwEA