JS

Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 01 Juli 2013

Penelitian Sosial II

METODE PENELITIAN SURVEY
  1. PENGERTIAN
Pendekatan survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pemngumpulan data yang luas dan banyak.
Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan.
Van Dalen mengatakan : Their objective ( of survey ) may not merely be to as certain status, but also to determine the adequacy of status by comparing it with selected or established standards, norms or criteria. Jadi survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis.

  1. MACAM-MACAM PENDEKATAN SURVEY
Dikatakan oleh Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari studi deskriptif dan meliputi :
    1. School Survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar.
    2. Job Analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum dan tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan, dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas.
    3. Analysis Dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content analysis), analisis aktivitas atau analisis informasi. Contoh kegiatannya : meneliti dokumen, menganalisis peraturan, hukum, keputusan-keputusan. Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
    4. Public Opinion SurveysSurvey ini bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
    5. Community SurveysSurvey ini juga disebut “social surveys” atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Walaupun kelihatannya survey ini menyangkut masyarakat, namun sangat erat hubungannya dengan survey sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data di masyarakat yang biasa membantu lancarnya roda persekolahan.

  1. Contoh Pendekataan Survei
1.      BP3K departemen Pdan K mengadakan survei tenteng kualitas pendidikan anak kelas 6 SD tahun di seluruh Indonesia tahun 1976. survei tersebut bermaksud untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas pendidikan yang tercermin dari daya serap beberapa bidang studi yang diajarkan di SD. Di dalam survei tersebut dikumpulkan pula data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat belajar belajar siswa.
2.      Sebelum membangun bendungan Asahan departemen PUTL bersama-bersama dengan Departemen perindustrian mengadakan survei ke daerah sekitar danau Toba dan Sungai Asahan. Survei bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemugkinan membangun bendungan serta menfaatnya bagi perindustrian di sekitar pembangunan bendungan tersebut.
3.      Sekelompok mahasiswa mengadakan survei ke suatu daerah yang akan digunakan sebagai kancah pelaksanaan KKN. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan daerah baik fisik, lokasi serta sumber alam yang merupakan akomodasi, serta keadaan interaksi social daerah itu, adapt-adat, pencaharian, kebiasaan dan sebagainya yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

METODE-METODE PENELITIAN STUDI KESEJARAHAN(HISTORICAL STUDY)

Bertujuan memperoleh pengetahuan khusus tentang sejarah, dalam bentuk rekunstruksi masa lampau yang sistematis dan obyektif. Studi kesejarahan bukan berarti penelitian tentang raja-raja belaka, melainkan juga tentang kehidupan masyarakat , organisasi-organisasi tertentu dsb. Tipe: taxonomical (deskriptif) ; pekejaannya: eksporatif mendalam (grounded) dalam rangkaian waktu. 

STUDI KASUS (CASE STUDY)

Tipe:taxonomical; pekerjaan penelitian : eksploratif mendalam. Bedanya dengan studi kesejarahan ialah pada peristiwa yang ditelitinya, yaitu peristiwa sekarang; peristiwanya hanya satu unit kasus, dapat berupa kesatuan sosial tertentu, orang seorang, satu keluarga, suatu kelompok atau organisasi dalam suatu masyarakat atau suatu komunitas tertentu.

SURVEI DESKRIPTIF (DESKRIPTIVE SURVEY)

Bertujuan menemukan deskripsi general dan universal yang berlaku pada sejumlah variasi situasi dan kondisi.  Survei Deskriptif disebut pula penelitian pengembangan (developmental research). Pengembangan artinya meluas, yaitu meluas pada sejumlah variasi situasi dan kondisi; oleh karena itu biasanya tidak mendalam artinya tidak semua ucs atau fungsi fenomena diteliti dan dianalisis, melainkan hanya beberapa saja, yang masih dianggap merupakan masalah yang pemecahannya belum diketahui. Mengarah pada penggunaan sampling. Teknik analisis data untuk metode ini digunakan analisis statistik deskriptif.

SURVEI EKSPLANATORI (EXPLANATORY SURVEY)

Tipe penelitian :theoritical untuk ilmu-ilmu non eksak. Eksplanatori artinya penjelasan atau hal-hal yang berkaitan dengan menjelaskan, baik menjelaskan peristiwa atau keadaan sekarang atau keadaan yang akan datang (prediction). Menjelskan berarti menerangkan mengapa ada atau terjadi, atau apa yang akan ada atau terjadi. Metode penelitian semacam ini disebut pula penelitian sebab akibat (causality research). Sering pula disebut penelitian pengujian (verifikative research).

METODE EKSPERIMENTAL (EXPERIMENTAL METHOD)

Tipe: theoritical, tetapi biasanya dilakukan pada ilmu eksakta, ialah Metode eksperimental. Metode ini dilakukan dengan mengikuti prosedur tertentu dengan maksud untuk memahami pengaruh suatu kondisi yang sengaja diciptakan terhadap suatu gejala tertentu.

STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)

Studi kelayakan sebenarnya adalah studi kasus yang bersifat evaluatif, yang ditujukan pada layak tidaknya suatu tindakan atau usaha dilakukan. Pada umumnya dilakukan dibidang ekonomi dan atau pembangunan disuatu wilayah/daerah tertentu. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, Threath) dalam manajemen, sebenarnya adalah dasar dari studi kelayakan. SWOT dianalisis untuk menetapkan apakah proyek itu layak diselenggarakan pada suatu wilayah/lokasi tertentu. Studi Kelayakan merupakan peneleitian terapan (Applied Research).

PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

Disebut pula Kaji Tindak, termasuk dalam penelitian terapan. Jika Studi Kelayakan bertujuan untuk memahami kelayakan suatu proyek dibangun disuatu daerah, penelitian tindakan bertujuan memperbaiki suatu daerah (termasuk kehidupan msyarakatnya) segera setelah penelitian dilakukan.
1)      Tahapan Persiapan : meliputi pekerjaan-pekerjaan studi kepustakaan, penyusunan usulan penelitian, dan pembuatan alat-alat pencatat data/informasi à selektif, komparatif, kritis dan analitis.
2)      Tahapan Pengumpulan Data: meliputi pekerjaan a.l menetapkan sumber data (baik primer maupun sekunder), siapa-siapa saja yang akan dijadikan responden dan informan à masalah teknik pengambilan contoh/sampel.(random sampling; purposif dll). Menumbuh keakraban agar ada saling pengertian à informasi/data yang terpercaya (reliable) à teknik wawancara maupun observasi; alat-aat pengumpul data yang telah dipersiapkan (kuesioner, ceklist).
3)      Tahapan Pengolahan Data: meliputi pekerjaan-pekerjaan mengorganisasikan data, menganalisis data dan interpretasi data à Seleksi data , coding, skoring, index, tabulasi … melakukan pekerjaan statistik, atau non statistikà interpretasi data yaitu memberi makna, arti atau tafsir terhadap hasil analisis tadi.
4)      Tahapan penyusunan/penulisan laporan …hasil analisis dan interpretasi data kemudian dibahas à menghubungkan kembali hasil analisis dan interpretasi itu dengan kerangka teoritis/kerangka pikiran dan tujuan penelitian kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan. Penyusunan laporan ini memerlukan ketentuan-ketentuan tertentu, yang menyangkut Sistemtika; TataTulis; Bahasa; Format dsb.

EKSPERIMEN LABORATORIUM

Berbagai psikologi sosial menyatakan bahwa kekerasan ditelevisi atau dalam film dapat meningkatkan agresi penontonnya. Teori imitasi Bandura, misalnya menyatakan bahwa kekekrasan itu akan menyebabkan para penonton melakukan agresi imitatif. Teori belajar yang lain menyatakan bahwqa kekerasan media memberikan isyarat yang memicu timbulnya kebiasaan respons agresif penontonnya. Tetapi, teori katarsis mengemukakan prediksi yang sangat berlawanan; teori ini memprediksikan bahwa menyaksikan agresi atau kekerasan yang dilakukan oleh orang lain sbenarnya dapat mengurangi amarah orang yang sedang marah. Mana yang benar ?

Pendukung utama teori katarsis dalam situasi yang melibatkan pengamatan agresi adalah Seymour Feschback. Dia melakukan eksp[erimen perintis (1961) di mana kepada subjek yang tidak marah diperlihatkan di film tinju atau film netral. Pengukuran agresi yang dilakukan setelah pemutaran film menunjukkan bahwa menonton film tinju menurunkan agresi subjek yang marah, sehingga mendukung prediksi teori kataris. Mengamati orang lain yang terlibat dalam agresi tampaknya merupakan cara penyaluran perasaan marah, sehingga dapat mengurangi amarah dan perilaku agresif. Hamper semua penelitian laboratorium yang lain menunjukkan bahwa menonton kekerasan yang dilakukan oleh orang lain dapat meningkatkan perilaku agresif selanjutnya. Penelitian-penelitian ini biasanya mengikuti salah satu di antara dua prosedur.

Eksperimen imitasi dilakukan oleh Bandura dengan menggunakan boneka bobo, seperti telah dijelaskan di muka, merupakan tipe pertama. Maksud eksperimen ini adalah untukmenunjukkan bahwaanak kecil dapat mempelajari perilaku agresif, dengan memicu perilaku agresif orang dewasa. Beberapa anak usia prasekolah dapat dibuat agak frustasi, dan kemudian dibiarkan untuk mengamati seorang dewasa memukuli boneka Bobo. Ketika ditempatkan dalam suatu ruangan bersama boneka tersebut, mereka mengulangi sebagian besar perilaku agresif yang ditampilkan oleh si orang dewasa.

Tipe eksperimen laboratorium yang kedua melibatkan usaha memperlihatkan sebuah film singkat yang mengandung unsure agresif fisik kepada mahasiswa yang telah dibuat marah ( biasanya dengan dihina ) atau kepada mahasiswa yang tidak dibuat marah. Biasanya, yang menjadi  variabel tak bebas adalah pemberian shock kepada pasangan, dalm situasi belajar pura-pura yang baku.

Sebagian besarpenelitian ini menggunakan xcuplikan film tinju sepanjang tujuh menit, yang dibintangi olehKirk Douglas, yang disebut The Champion ( misalnya Berkowitz, 1965 ). Menonton film tentang kekerasan biasanya menimbulkan serangan yang lebih banyak terhadap pasangan, tidak peduli apakah sebelumnya subjek diserang atau tidak ( misalnya, Green & O’Neal, 1969 ).

Ketika diminta untuk mengidentifikasikan diri dengan pemenang pertandingan tinju itu, subjek menunjukkan agresi yang ditunjukkan subjek yang diminta untuk mengidentifikasikan diri dengan juri atau tidak diberi instruksi apa pun.

Singkatnya, semakin besar tingkat kemiripan pasangan dengan korban dalam film, atau semakin besar tingkat pembenaran kekerasan dalam film, semakin banyak perilaku agresif yang akan ditampilkan oleh subjek. Sebagian besar eksperimen laboratorium ini menunjukkan bahwa pengamatan terhadap agresif yang lebih banyak, dan tidak menguranginya. Efek kataris jarang terjadi. Tidak peduli apakah orang menggambarkan pengaruhnya sebagai agresi yang memicu, hasilnya akan sama. Dalam eksperimen laboratorium ini, pengamatan terhadap agresi menimbulkan peningkatan perilaku agresif.

Survai Korelasi

Salah satu pemecahan masalah validitas eksternal adalah dengan melakukan survai korelasional untuk menentukan apakah anak yang telah menyaksikan acara televise yang paling penuh kekerasan juga merupakan anak yang paling agresif. Jika benar demikian, interpretasi sebab-akibat masih daapat dipertanyakan; mungkin agresifitas pribadi si anak menyebabkan dia menonton acara televisi yang penuh kekerasan, dan tidak sebaliknya, atau mungkin ada variabel ketiga yang menimbulkan kecenderungan untuk menonton acara televise yang penuh kekerasan dan meningkatkan agresivitas pribadi. Tetapi bila korelasi antara kedua hal itu nol, akan lebih sulit untuk menentukan peran sebab-akibat masih dapat dipertanyakan; mungkin agresivitas pribadi si anak menyebabkan dia menonton acara televisi yang penuh kekerasan, dan tidak sebaliknya atau mungkin ada variabel ketiga yang menimbulkan kecenderungan untuk menonton acara televisi yang penuh kekerasan dan meningkatkan agresivitas pribadi.

Tetapi bila bila korelasi antara kedua hal itu nol, akan lebih sulit untuk menentukan peran sebab-akibat kekerasan media. Oleh sebab itu, hasil survai korelasional sangat berharga, meskipun tidak meyakinkan.

Beberapa penelitian menggunakan laporan anak tentang acara televisi yang mereka pilih untuk mengukur pendapat mereka yang sebenarnya tentang acara televisi. Perilaku agresif diukur melalui penilaian teman sebaya tentang tingkat agresifitas perilaku si anak. Korelasi antara kedua hal itu sanagt bervariasi. Dalam beberapa penelitian ( Eron, dkk., 1972; Eron, 1982; Huesmann, 1982 ), diperoleh korelasi yang tidak tinggi tetapi signifikan ( sekitar 0,2 ), meskipun pendapat anak diukur beberapa tahun sebelum dilakukan pengukuran agresi. Dalam pengukuran yang lain, yang menggunakan ukuran yang sangat mirip, korelasinya lebih rendah, dan pada umumnya tidak signifikan ( Milavsky dkk., 1982 ). Tampaknya tidak ada perangkat ukuran yang benar-benar dapat dipercaya. Rata-rata, korelasinya cukup rendah tetapi biasanya positif. Disamping itu, korelasi tersebut memberikan berbagai kemungkinan interpretasi sebab-akibat. Jadi, penelitian korelasi tidak memberikan bukti yang kuat tentang peran sebab-akibat kekerasan media dalam menimbulkan perilaku agresif di kehidupan nyata.

Eksperimen Lapangan

Pendekatan yang ketiga untuk mempelajari kaitan media-agresi mempergunakan eksperiman yang lebih sesuai dengan kondisi hidup yang nyata. Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertahankan variasi eksperimental dari penyiaran film yang penuh kekerasan, yang dibandingkan dengan film yang tidak mengandung kekerasan atau film yang netral. Tetapi kita juga perlu melakukannya dalam konteks yang lebih mirip dengan media yang biasa diteui oleh remaja, dan kemudian mengamati perilaku agresif mereka dalam situasi hidup sehari-hari. Penelitian  semacam ini disebut eksperimen lapangan, karena dilakukan dalam situasi alami individum atau di “lapangan.” Hanya sedikit eksperimen lapangan yang telah dilakukan. Yang pertama dikerjakan oleh Feshbach dan Singer ( 1971 ). 

Anak-anak di asrama sekolah swasta atau negeri dibagi secara acak menjadi dua kelompok: Satu kelompok menonton acara televise yang agresif seperti misalnya “Gunsmoke” dan “The FBI,” sedangkan kelompok yang lain menonton acara yang tidak agresif seperti misalnya “Ed Sullivan Variety Show” dan “Bachelor Father.” Anak-anak itu hanya boleh menonton acara yang terdapat dalam daftar acara yang telah ditentukan, dan bisa menonton sebanyak mungkin selama mereka menghabiskan waktu paling tidak enam jam seminggu untuk menonton televisi. Berbagai pengukuran agresivitas dilakukan sebelum dan sesudah masa enam minggu menonton tersebut, dan beberapa pengawas dewasa dan teman sebaya juga menilai agresivitas anak-anak itu.

Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak sekolah negeri yang menonton acara agresif menjadi kurang agresif. Mereka melakukan lebih sedikit perkelahian dan perdebatan dengan teman sebaya mereka. Pengaruh yang sama tetapi agak lebih lemah pada anak-anak sekolah swasta. Jadi, penelitian ini menunjukkan bahwa, setidak-tidaknya dalam beberapa kondisi, menonton kekerasan di televisi dalam kondisi yang wajar bisa menurunkan perilaku agresif. Penjelasan tentang pengaruh ini didasarkan pada gagasan katarsis. Anak-anak itu mengidentifikasikan diri dengan figur pahlawan maupun penjahat dalam acara tersebut, dan ikut mengekspresikan perasaan agresif mereka.

Di lain pihak, harus diakui bahwa pengaruh itu dapaat disebabkan oleh kenyataan bahwa anak-anak yang hanya diijinkan untuk menonton acara yang tidak agresif mungkin merasa terganggu karena tidak diperbolehkan menonton acara kesayangan mereka. Penelitian yang sama, yang dilakukan oleh Wells (1973), menyimpulkan perbedaan. Meskipun ada komplikasi semacam ini. Penelitian itu tetap berusaha menguji pengarruh televise terhadap agresivitas, dan menyatakan bahwa televisi tidak meningkatkan agresivitas.

 PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dan mempunyai kelelasan unsure. Penelitian kuantitaif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk angka atau numerik, sehingga Penelitian Kuantitatif diidentikkan dengan Penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian Kuantitatif bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian kuantitatif:
  • Langkah penelitian
Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun
Dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sedangkan populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian.
  • Hipotesis
 Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian hipotesis menentukan hasil yang diramalkan Priori
  • Desain
Dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
  • Pengumpulan Data
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
  • Analisis Data
Dilakukan sesudah semua data terkumpul

PROSEDUR PENELITIAN

Menurut Craig (1985) mengemukakan langkah-langkah penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
  • Identifikasi masalah
  • Merumuskan hipote‎sis
  • Mendefinisikan istilah
  • Melakukan penelitian atau observasi lapangan
  • Analisis data
  • Menarik kesimpulan
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2006) prosedur dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut : Memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar memilih pendekatan, menentukan sumber data dan variable, menentukan dan menyusun instrument,mengumpulkan data, analisis data,menarik kesimpulan,menulis laporan.

Penting hasil penelitian dipandang bermanfaat dan penting bagi peningkatan mtu pendidikan
Ilmiah Menggunakan proses yang dibenarkan oleh teori penelitian
Konsisten ada keruntutan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.

Jenis korelasi dalam penelitian
  1. Korelasi Sejajar tidak memberikan hubungan sebab akibat misa prestasi belaj matematika dengan bahasa,kedisiplinan dengan lingkungan tempat tinggal
  2. Korelasi sebab akibat / penelitian pengaruh korelasi yang memberikan pengaruh dimana A memberi pengaruh terhadap B contoh “pengaruh A terhadap B “
Dalam buku Methods of Psychological Research dijelaskan bahwa masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara: (1) observasi; (2) brainstorming; (3) theoretical prediction; (4) technological development; (5) knowledge of the research literature, dan kombinasi dari metode-metode tersebut.
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek penelitian di mana data menempel.Sumber data dapat berupa : benda, gerak, manusia, tempat, dsb.Ditinjau darin wilayah penelitian, maka penelitian dapat dibedakan menjadi : penelitian sampel, penelitian populasi, dan penelitian kasus.

PROSES PENELITIAN KUANTITATIF

Dalam penelitian kuantitatif metode yang digunakan antara lain : metode survey, expost facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode naturalistic dan sejarah ), setelah metode penelitian ditenyukan, maka yang perlu dilakukan adalah penyusunan instrument penelitian, yang digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk tes, angket / kuesioner, untuk pedoman dan wawancara atau observasi. Dalam menentukan instrument perlu diteliti terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis, sampai menghasilkan kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah.Berdasarkan proses penelitian kuantitatif tersebut, maka penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, sera membuat kesimpulan dan saran.Pengunaan konsep dan teori yang relevan dalam menyusun hipotesis merupakan aspek logika, sedangkan untuk pemilihan metode penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan analisisnya adalah aspek metodologiuntuk memverifikasikan hipotesis yang diajukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://isroi.files.wordpress.com/2010/01/chicken-egg.gif%3Fw%3D468&imgrefurl=http://www.jualcdsoftware.com/2011/11/cara-pasang-animasi-lucu-pada-blog.html&usg=__pffPdWlC4BLeIxRZKT3efI3QZhc=&h=200&w=250&sz=16&hl=id&start=17&sig2=lK53suQGqNLsKL51AuVHUw&zoom=1&tbnid=dl58wn7gc0YGOM:&tbnh=89&tbnw=111&ei=0QLTUeTEJMa8rAf8pYCQAQ&itbs=1&sa=X&ved=0CEoQrQMwEA