METODE PENELITIAN SURVEY
- PENGERTIAN
Pendekatan
survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan
untuk pemngumpulan data yang luas dan banyak.
Van
Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang
bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah
ditentukan.
Survey
dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan
secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum
mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana,
kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan
instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara
melaporkan.
Van
Dalen mengatakan : Their objective ( of survey ) may not merely be to as
certain status, but also to determine the adequacy of status by comparing it
with selected or established standards, norms or criteria. Jadi survei bukanlah
hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih
atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu
hipotesis.
- MACAM-MACAM
PENDEKATAN SURVEY
Dikatakan
oleh Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari studi deskriptif dan
meliputi :
- School
Survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan.
Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses belajar mengajar,
ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid dan hal-hal yang menunjang
proses belajar mengajar.
- Job
Analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas
umum dan tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan,
keterlibatan, dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan
fasilitas.
- Analysis
Dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content analysis), analisis
aktivitas atau analisis informasi. Contoh kegiatannya : meneliti dokumen,
menganalisis peraturan, hukum, keputusan-keputusan. Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi
buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan
sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
- Public Opinion SurveysSurvey ini bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
- Community SurveysSurvey ini juga disebut “social surveys” atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Walaupun kelihatannya survey ini menyangkut masyarakat, namun sangat erat hubungannya dengan survey sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data di masyarakat yang biasa membantu lancarnya roda persekolahan.
- Contoh
Pendekataan Survei
1.
BP3K departemen Pdan K
mengadakan survei tenteng kualitas pendidikan anak kelas 6 SD tahun di seluruh
Indonesia tahun 1976. survei tersebut bermaksud untuk mengetahui seberapa
tinggi kualitas pendidikan yang tercermin dari daya serap beberapa bidang studi
yang diajarkan di SD. Di dalam survei tersebut dikumpulkan pula data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat belajar belajar siswa.
2.
Sebelum membangun
bendungan Asahan departemen PUTL bersama-bersama dengan Departemen
perindustrian mengadakan survei ke daerah sekitar danau Toba dan Sungai Asahan.
Survei bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemugkinan membangun bendungan
serta menfaatnya bagi perindustrian di sekitar pembangunan bendungan tersebut.
3.
Sekelompok mahasiswa
mengadakan survei ke suatu daerah yang akan digunakan sebagai kancah
pelaksanaan KKN. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang
keadaan daerah baik fisik, lokasi serta sumber alam yang merupakan akomodasi,
serta keadaan interaksi social daerah itu, adapt-adat, pencaharian, kebiasaan
dan sebagainya yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
METODE-METODE
PENELITIAN STUDI KESEJARAHAN(HISTORICAL STUDY)
Bertujuan
memperoleh pengetahuan khusus tentang sejarah, dalam bentuk rekunstruksi masa
lampau yang sistematis dan obyektif. Studi kesejarahan bukan berarti penelitian
tentang raja-raja belaka, melainkan juga tentang kehidupan masyarakat ,
organisasi-organisasi tertentu dsb. Tipe: taxonomical (deskriptif) ;
pekejaannya: eksporatif mendalam (grounded) dalam rangkaian waktu.
STUDI KASUS (CASE STUDY)
Tipe:taxonomical;
pekerjaan penelitian : eksploratif mendalam. Bedanya dengan studi kesejarahan
ialah pada peristiwa yang ditelitinya, yaitu peristiwa sekarang; peristiwanya
hanya satu unit kasus, dapat berupa kesatuan sosial tertentu, orang seorang,
satu keluarga, suatu kelompok atau organisasi dalam suatu masyarakat atau suatu
komunitas tertentu.
SURVEI
DESKRIPTIF (DESKRIPTIVE SURVEY)
Bertujuan
menemukan deskripsi general dan universal yang berlaku pada sejumlah variasi
situasi dan kondisi. Survei Deskriptif
disebut pula penelitian pengembangan (developmental research). Pengembangan
artinya meluas, yaitu meluas pada sejumlah variasi situasi dan kondisi; oleh
karena itu biasanya tidak mendalam artinya tidak semua ucs atau fungsi fenomena
diteliti dan dianalisis, melainkan hanya beberapa saja, yang masih dianggap
merupakan masalah yang pemecahannya belum diketahui. Mengarah pada penggunaan
sampling. Teknik analisis data untuk metode ini digunakan analisis statistik
deskriptif.
SURVEI
EKSPLANATORI (EXPLANATORY SURVEY)
Tipe
penelitian :theoritical untuk ilmu-ilmu non eksak. Eksplanatori artinya
penjelasan atau hal-hal yang berkaitan dengan menjelaskan, baik menjelaskan
peristiwa atau keadaan sekarang atau keadaan yang akan datang (prediction).
Menjelskan berarti menerangkan mengapa ada atau terjadi, atau apa yang akan ada
atau terjadi. Metode penelitian semacam ini disebut pula penelitian sebab
akibat (causality research). Sering pula disebut penelitian pengujian
(verifikative research).
METODE
EKSPERIMENTAL (EXPERIMENTAL METHOD)
Tipe:
theoritical, tetapi biasanya dilakukan pada ilmu eksakta, ialah Metode
eksperimental. Metode ini dilakukan dengan mengikuti prosedur tertentu dengan
maksud untuk memahami pengaruh suatu kondisi yang sengaja diciptakan terhadap
suatu gejala tertentu.
STUDI
KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Studi
kelayakan sebenarnya adalah studi kasus yang bersifat evaluatif, yang ditujukan
pada layak tidaknya suatu tindakan atau usaha dilakukan. Pada umumnya dilakukan
dibidang ekonomi dan atau pembangunan disuatu wilayah/daerah tertentu. Analisis
SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, Threath) dalam manajemen, sebenarnya
adalah dasar dari studi kelayakan. SWOT dianalisis untuk menetapkan apakah
proyek itu layak diselenggarakan pada suatu wilayah/lokasi tertentu. Studi
Kelayakan merupakan peneleitian terapan (Applied Research).
PENELITIAN
TINDAKAN (ACTION RESEARCH)
Disebut
pula Kaji Tindak, termasuk dalam penelitian terapan. Jika Studi Kelayakan
bertujuan untuk memahami kelayakan suatu proyek dibangun disuatu daerah,
penelitian tindakan bertujuan memperbaiki suatu daerah (termasuk kehidupan
msyarakatnya) segera setelah penelitian dilakukan.
1)
Tahapan Persiapan :
meliputi pekerjaan-pekerjaan studi kepustakaan, penyusunan usulan penelitian,
dan pembuatan alat-alat pencatat data/informasi à selektif, komparatif, kritis
dan analitis.
2)
Tahapan Pengumpulan
Data: meliputi pekerjaan a.l menetapkan sumber data (baik primer maupun
sekunder), siapa-siapa saja yang akan dijadikan responden dan informan à
masalah teknik pengambilan contoh/sampel.(random sampling; purposif dll).
Menumbuh keakraban agar ada saling pengertian à informasi/data yang terpercaya
(reliable) à teknik wawancara maupun observasi; alat-aat pengumpul data yang
telah dipersiapkan (kuesioner, ceklist).
3)
Tahapan Pengolahan
Data: meliputi pekerjaan-pekerjaan mengorganisasikan data, menganalisis data
dan interpretasi data à Seleksi data , coding, skoring, index, tabulasi …
melakukan pekerjaan statistik, atau non statistikà interpretasi data yaitu
memberi makna, arti atau tafsir terhadap hasil analisis tadi.
4)
Tahapan
penyusunan/penulisan laporan …hasil analisis dan interpretasi data kemudian
dibahas à menghubungkan kembali hasil analisis dan interpretasi itu dengan
kerangka teoritis/kerangka pikiran dan tujuan penelitian kemudian ditarik
kesimpulan-kesimpulan. Penyusunan laporan ini memerlukan ketentuan-ketentuan
tertentu, yang menyangkut Sistemtika; TataTulis; Bahasa; Format dsb.
EKSPERIMEN LABORATORIUM
Berbagai
psikologi sosial menyatakan bahwa kekerasan ditelevisi atau dalam film dapat
meningkatkan agresi penontonnya. Teori imitasi Bandura, misalnya menyatakan
bahwa kekekrasan itu akan menyebabkan para penonton melakukan agresi imitatif.
Teori belajar yang lain menyatakan bahwqa kekerasan media memberikan isyarat
yang memicu timbulnya kebiasaan respons agresif penontonnya. Tetapi, teori
katarsis mengemukakan prediksi yang sangat berlawanan; teori ini memprediksikan
bahwa menyaksikan agresi atau kekerasan yang dilakukan oleh orang lain
sbenarnya dapat mengurangi amarah orang yang sedang marah. Mana yang benar ?
Pendukung
utama teori katarsis dalam situasi yang melibatkan pengamatan agresi adalah
Seymour Feschback. Dia melakukan eksp[erimen perintis (1961) di mana kepada
subjek yang tidak marah diperlihatkan di film tinju atau film netral.
Pengukuran agresi yang dilakukan setelah pemutaran film menunjukkan bahwa
menonton film tinju menurunkan agresi subjek yang marah, sehingga mendukung
prediksi teori kataris. Mengamati orang lain yang terlibat dalam agresi
tampaknya merupakan cara penyaluran perasaan marah, sehingga dapat mengurangi
amarah dan perilaku agresif. Hamper semua penelitian laboratorium yang lain
menunjukkan bahwa menonton kekerasan yang dilakukan oleh orang lain dapat
meningkatkan perilaku agresif selanjutnya. Penelitian-penelitian ini biasanya
mengikuti salah satu di antara dua prosedur.
Eksperimen
imitasi dilakukan oleh Bandura dengan menggunakan boneka bobo, seperti telah
dijelaskan di muka, merupakan tipe pertama. Maksud eksperimen ini adalah
untukmenunjukkan bahwaanak kecil dapat mempelajari perilaku agresif, dengan
memicu perilaku agresif orang dewasa. Beberapa anak usia prasekolah dapat
dibuat agak frustasi, dan kemudian dibiarkan untuk mengamati seorang dewasa
memukuli boneka Bobo. Ketika ditempatkan dalam suatu ruangan bersama boneka
tersebut, mereka mengulangi sebagian besar perilaku agresif yang ditampilkan
oleh si orang dewasa.
Tipe
eksperimen laboratorium yang kedua melibatkan usaha memperlihatkan sebuah film
singkat yang mengandung unsure agresif fisik kepada mahasiswa yang telah dibuat
marah ( biasanya dengan dihina ) atau kepada mahasiswa yang tidak dibuat marah.
Biasanya, yang menjadi variabel tak
bebas adalah pemberian shock kepada pasangan, dalm situasi belajar pura-pura
yang baku.
Sebagian
besarpenelitian ini menggunakan xcuplikan film tinju sepanjang tujuh menit,
yang dibintangi olehKirk Douglas, yang disebut The Champion ( misalnya Berkowitz, 1965 ). Menonton film tentang
kekerasan biasanya menimbulkan serangan yang lebih banyak terhadap pasangan,
tidak peduli apakah sebelumnya subjek diserang atau tidak ( misalnya, Green
& O’Neal, 1969 ).
Ketika
diminta untuk mengidentifikasikan diri dengan pemenang pertandingan tinju itu,
subjek menunjukkan agresi yang ditunjukkan subjek yang diminta untuk
mengidentifikasikan diri dengan juri atau tidak diberi instruksi apa pun.
Singkatnya,
semakin besar tingkat kemiripan pasangan dengan korban dalam film, atau semakin
besar tingkat pembenaran kekerasan dalam film, semakin banyak perilaku agresif
yang akan ditampilkan oleh subjek. Sebagian besar eksperimen laboratorium ini
menunjukkan bahwa pengamatan terhadap agresif yang lebih banyak, dan tidak
menguranginya. Efek kataris jarang terjadi. Tidak peduli apakah orang
menggambarkan pengaruhnya sebagai agresi yang memicu, hasilnya akan sama. Dalam
eksperimen laboratorium ini, pengamatan terhadap agresi menimbulkan peningkatan perilaku
agresif.
Survai Korelasi
Salah
satu pemecahan masalah validitas eksternal adalah dengan melakukan survai
korelasional untuk menentukan apakah anak yang telah menyaksikan acara televise
yang paling penuh kekerasan juga merupakan anak yang paling agresif. Jika benar
demikian, interpretasi sebab-akibat masih daapat dipertanyakan; mungkin
agresifitas pribadi si anak menyebabkan dia menonton acara televisi yang penuh
kekerasan, dan tidak sebaliknya, atau mungkin ada variabel ketiga yang
menimbulkan kecenderungan untuk menonton acara televise yang penuh kekerasan
dan meningkatkan agresivitas pribadi. Tetapi bila korelasi antara kedua hal itu
nol, akan lebih sulit untuk menentukan peran sebab-akibat masih dapat
dipertanyakan; mungkin agresivitas pribadi si anak menyebabkan dia menonton
acara televisi yang penuh kekerasan, dan tidak sebaliknya atau mungkin ada
variabel ketiga yang menimbulkan kecenderungan untuk menonton acara televisi
yang penuh kekerasan dan meningkatkan agresivitas pribadi.
Tetapi
bila bila korelasi antara kedua hal itu nol, akan lebih sulit untuk menentukan
peran sebab-akibat kekerasan media. Oleh sebab itu, hasil survai korelasional
sangat berharga, meskipun tidak meyakinkan.
Beberapa
penelitian menggunakan laporan anak tentang acara televisi yang mereka pilih
untuk mengukur pendapat mereka yang sebenarnya tentang acara televisi. Perilaku
agresif diukur melalui penilaian teman sebaya tentang tingkat agresifitas perilaku
si anak. Korelasi antara kedua hal itu sanagt bervariasi. Dalam beberapa
penelitian ( Eron, dkk., 1972; Eron, 1982; Huesmann, 1982 ), diperoleh korelasi
yang tidak tinggi tetapi signifikan ( sekitar 0,2 ), meskipun pendapat anak
diukur beberapa tahun sebelum dilakukan pengukuran agresi. Dalam pengukuran
yang lain, yang menggunakan ukuran yang sangat mirip, korelasinya lebih rendah,
dan pada umumnya tidak signifikan ( Milavsky dkk., 1982 ). Tampaknya tidak ada
perangkat ukuran yang benar-benar dapat dipercaya. Rata-rata, korelasinya cukup
rendah tetapi biasanya positif. Disamping itu, korelasi tersebut memberikan
berbagai kemungkinan interpretasi sebab-akibat. Jadi, penelitian korelasi tidak
memberikan bukti yang kuat tentang peran sebab-akibat kekerasan media dalam
menimbulkan perilaku agresif di kehidupan nyata.
Eksperimen Lapangan
Pendekatan
yang ketiga untuk mempelajari kaitan media-agresi mempergunakan eksperiman yang
lebih sesuai dengan kondisi hidup yang nyata. Untuk melakukan hal ini, kita perlu
mempertahankan variasi eksperimental dari penyiaran film yang penuh kekerasan,
yang dibandingkan dengan film yang tidak mengandung kekerasan atau film yang
netral. Tetapi kita juga perlu melakukannya dalam konteks yang lebih mirip
dengan media yang biasa diteui oleh remaja, dan kemudian mengamati perilaku
agresif mereka dalam situasi hidup sehari-hari. Penelitian semacam ini disebut eksperimen lapangan,
karena dilakukan dalam situasi alami individum atau di “lapangan.” Hanya
sedikit eksperimen lapangan yang telah dilakukan. Yang pertama dikerjakan oleh
Feshbach dan Singer ( 1971 ).
Anak-anak
di asrama sekolah swasta atau negeri dibagi secara acak menjadi dua kelompok:
Satu kelompok menonton acara televise yang agresif seperti misalnya “Gunsmoke”
dan “The FBI,” sedangkan kelompok yang lain menonton acara yang tidak agresif
seperti misalnya “Ed Sullivan Variety Show” dan “Bachelor Father.” Anak-anak
itu hanya boleh menonton acara yang terdapat dalam daftar acara yang telah
ditentukan, dan bisa menonton sebanyak mungkin selama mereka menghabiskan waktu
paling tidak enam jam seminggu untuk menonton televisi. Berbagai pengukuran
agresivitas dilakukan sebelum dan sesudah masa enam minggu menonton tersebut,
dan beberapa pengawas dewasa dan teman sebaya juga menilai agresivitas
anak-anak itu.
Hasilnya
menunjukkan bahwa anak-anak sekolah negeri yang menonton acara agresif menjadi
kurang agresif. Mereka melakukan lebih sedikit perkelahian dan perdebatan
dengan teman sebaya mereka. Pengaruh yang sama tetapi agak lebih lemah pada
anak-anak sekolah swasta. Jadi, penelitian ini menunjukkan bahwa,
setidak-tidaknya dalam beberapa kondisi, menonton kekerasan di televisi dalam
kondisi yang wajar bisa menurunkan perilaku agresif. Penjelasan tentang
pengaruh ini didasarkan pada gagasan katarsis. Anak-anak itu
mengidentifikasikan diri dengan figur pahlawan maupun penjahat dalam acara
tersebut, dan ikut mengekspresikan perasaan agresif mereka.
Di
lain pihak, harus diakui bahwa pengaruh itu dapaat disebabkan oleh kenyataan
bahwa anak-anak yang hanya diijinkan untuk menonton acara yang tidak agresif
mungkin merasa terganggu karena tidak diperbolehkan menonton acara kesayangan
mereka. Penelitian yang sama, yang dilakukan oleh Wells (1973), menyimpulkan
perbedaan. Meskipun ada komplikasi semacam ini. Penelitian itu tetap berusaha
menguji pengarruh televise terhadap agresivitas, dan menyatakan bahwa televisi
tidak meningkatkan agresivitas.
PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dan
mempunyai kelelasan unsure. Penelitian kuantitaif dipandang sebagai
sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif. Penelitian bersifat
mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada
data ilmiah dalam bentuk angka atau numerik, sehingga Penelitian Kuantitatif
diidentikkan dengan Penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian
Kuantitatif bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang
bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari
teori-teori yang membangunnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian
kuantitatif:
- Langkah
penelitian
Segala sesuatu
direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun
Dapat menggunakan sampel
dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi
Sampel menurut Suharsimi
Arikunto (2006) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti,
sedangkan populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian.
- Hipotesis
Mengajukan hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian hipotesis menentukan hasil yang diramalkan
Priori
- Desain
Dalam desain jelas
langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
- Pengumpulan
Data
Kegiatan dalam
pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
- Analisis
Data
Dilakukan sesudah semua
data terkumpul
PROSEDUR PENELITIAN
Menurut Craig (1985) mengemukakan
langkah-langkah penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
- Identifikasi
masalah
- Merumuskan
hipotesis
- Mendefinisikan
istilah
- Melakukan
penelitian atau observasi lapangan
- Analisis
data
- Menarik
kesimpulan
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2006)
prosedur dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut : Memilih masalah,
studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar memilih
pendekatan, menentukan sumber data dan variable, menentukan dan menyusun
instrument,mengumpulkan data, analisis data,menarik kesimpulan,menulis laporan.
Penting hasil penelitian dipandang bermanfaat
dan penting bagi peningkatan mtu pendidikan
Ilmiah Menggunakan proses yang dibenarkan oleh
teori penelitian
Konsisten ada keruntutan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain.
Jenis korelasi dalam penelitian
- Korelasi
Sejajar tidak memberikan hubungan sebab akibat misa prestasi belaj
matematika dengan bahasa,kedisiplinan dengan lingkungan tempat tinggal
- Korelasi
sebab akibat / penelitian pengaruh korelasi yang memberikan pengaruh
dimana A memberi pengaruh terhadap B contoh “pengaruh A terhadap B “
Dalam buku Methods of Psychological Research
dijelaskan bahwa masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara: (1)
observasi; (2) brainstorming; (3) theoretical prediction; (4) technological
development; (5) knowledge of the research literature, dan kombinasi dari
metode-metode tersebut.
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek
penelitian di mana data menempel.Sumber data dapat berupa : benda, gerak,
manusia, tempat, dsb.Ditinjau darin wilayah penelitian, maka penelitian dapat
dibedakan menjadi : penelitian sampel, penelitian populasi, dan penelitian
kasus.
PROSES PENELITIAN KUANTITATIF
Dalam penelitian kuantitatif metode yang
digunakan antara lain : metode survey, expost facto, eksperimen, evaluasi,
action research, policy research (selain metode naturalistic dan sejarah ),
setelah metode penelitian ditenyukan, maka yang perlu dilakukan adalah
penyusunan instrument penelitian, yang digunakan sebagai alat pengumpul data
yang dapat berbentuk tes, angket / kuesioner, untuk pedoman dan wawancara atau observasi.
Dalam menentukan instrument perlu diteliti terlebih dahulu validitas dan
reliabilitasnya.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data
dianalisis, sampai menghasilkan kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari
suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan
masalah.Berdasarkan proses penelitian kuantitatif tersebut, maka penelitian
kuantitatif bersifat linier, di mana langkahnya jelas, mulai dari
rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, sera
membuat kesimpulan dan saran.Pengunaan konsep dan teori yang relevan dalam
menyusun hipotesis merupakan aspek logika, sedangkan untuk
pemilihan metode penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan
analisisnya adalah aspek metodologiuntuk memverifikasikan hipotesis
yang diajukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar