Orang mematuhi hukum serta
menerima keputusan-keputusan hukum dari pengadilan sepanjang mereka menilai
bahwa prosedurnya dijalankan dengan adil. Kebanyakan orang cenderung lebih
menginginkan polisi untuk mencari kebenaran daripada untuk membuktikan
kesalahan, namun kedua pendekatan interogasi tersebut sama-sama umum digunakan.
Studi psikologi yang berkaitan
dengan persoalan hukum adalah psikologi forencik (forensic psychology) yaitu
penelitian dan teori psikologi yang berkaitan dengan efek-efek dari faktor
kognitif, afektif, dan perilaku terhadap proses hukum.
Beberapa dari akibat kekhilafan
manusia yang mempengaruhi berbagai aspek dalam bidang hukum adalah penilaian
yang bias, ketergantungan pada stereotip, ingatan yang keliru, dan keputusan
yang salah atau tidak adil.
Ada beberapa faktor yang
berperan dalam pemberian pengakuan palsu dan dalam pembentukan belief bahwa
seseorang bersalah padahal dia sebenarnya tidak bersalah.
Suatu masalah hukum yang
dianggap serius dan kontroversial adalah pulihnya kembali ingatan yang
terpendam mengenai peristiwa kriminal di masa lalu di mana ingatan yang pulih
tersebut sering kali keliru
Ingatan yang terpendam merupakan
suatu bentuk amnesia psikogenik; di mana yang bersangkutan melupakan detail
peristiwa traumatik sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kecemasan dan
ketakutan yang terkait dengan peristiwa itu.
Orang tertarik pada detail suatu
peristiwa kriminal dan liputan media yang terus menerus menimbulkan estimasi
yang berlebihan tentang frekuensi pembunuhan, penyerangan fisik dan lainnya.
Konsentrasi media pada orang
yang dituduh sebagai pelaku dapat menghasilkan perluasan asumsi publik bahwa
dia memang bersalah termasuk asumsi mereka yang mungkin akan menjadi juri.
Karena asumsi ini akan banyak membantu pekerjaan penuntut. Petugas pemerintahan
cenderung memberi sebanyak mungkin informasi pada media
Saksi mata dari suatu perisriwa kriminal
sering kali melakukan kekeliruan, namun beragam prosedur telah dikembangkan
untuk membantu meningkatkan akurasinya.
Akurasi dapat diperbaiki,
misalnya dengan menggunakan prosedur blank-lineup-control yaitu sebuah prosedur
di mana saksi mata diperlihatkan pada lineup polisi yang tidak berisi
tersangka. Jika saksi mata tidak mengidentifikasi satupun di antara mereka
sebagai tersangka, tingkat kepercayaan terhadap kesaksiannya bertambah. Namun,
jika saksi mata ternyata mengidentifikasi orang yang tidak bermasalah dia akan
diberi tahu kesalahannya ini dan di minta untuk lebih berhati-hati. Pada
kesaksian berikutnya saksi mata diharapkan meningkat.
Pembela bertindak sebagai lawan
tanding penuntut dimana masing-masing berusaha memilih juri yang bias kepada
mereka dan mencoba meyakinkan juri bahwa kebenaran versi mereka adalah yang
paling benar.
Sebuah fase penting dalam
prosedur persidangan yang dijalani sesaat sebelum proses peradilan dimulai
adalah penyeleksian juri melalui prosedur voir dire, di mana pengacara dari
kedua belah pihak dapat “melihat dan
berbicara” dengan para calon juri untuk memilih warga yang paling kompeten
serta mampu bersikap tidak memihak dalam menjalankan tugasnya nanti, namun pada
kenyataan kedua wakil hukum yang kontradikitif ini berupaya sedapat mungkin
untuk memilih juri yang diyakini dapat membantu mereka memenangkan kasus dan
atau membahayakan posisi lawan.
Selama persidangan pengacara
tidak diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan yang menjurus yaitu pertanyaan
yang memang dirancang untuk mendapatkan jawaban tertentu.
Kata-kata dan belief hakim yang
tak terucap sekalipun dapat mempengaruhi keputusan. Terdakwa dinilai sebagian
berdasarkan karakteristik yang tidak relevan seperti penampilan, gender,
status, sosioekonomi, dan perilaku di ruang sidang.
Respons para juri terhadap
barang-barang bukti dan terdakwa tergantung pada evaluasi afektif, proses
kognitif, dan karakter kepribadian mereka masing-masing.
Kita memperoleh informasi yang
terkait dengan kesehatan setiap harinya, dan kita butuh untuk terus mendapat
informasi tersebut dan untuk bersedia mengubah pendapat kita sesuai dengan
temuan-temuan terbaru.
Hasilnya para peneliti yang
terkait pada psikologi kesehatan (health psychology) memfokuskan perhatian
mereka kepada proses-proses psikologis yang mempengaruhi perkembangan,
pencegahan, dan pengobatan penyakit-penyakit fisik.
Stres mengacu pada setiap
peristiwa yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman potensial terhadap fisik
maupun emosi. Stres dapat menimbulkan penyakit fisik secara tidak langsung
melalui efeknya terhadap tingkah laku yang terkait dengan kesehatan dan secara
langsung dengan cara mengganggu sistem kesehatan.
Sedangkan efek fisik langsung
dari stres ternyata lebih mengejutkan yaitu memperlambat proses penyembuhan luka, berdampak negatif
terhadap sistem endokrin
dan mengganggu sistem kekebalan tubuh
Sedangkan coping mengacu pada
cara seseorang untuk mengatasi atau menghadapi ancaman-ancaman dan konsekuensi
emosional dari ancaman-ancaman tersebut.
Psychoneurolmmunology merupakan
suatu bidang penelitian yang mengeksplorasi kaitan antara stres, reaksi
emosional dan tingkah laku serta sistem kekebalan tubuh.
Jika dihadapkan pada intensitas
dan jumlah stres yang sama besar, beberapa orang akan memberikan reaksi yang lebih
negatif dibandingkan yang lain sehingga lebih mudah untuk jatuh sakit.
Masing-masing dari kita berada dalam sebuah kontinum kecendrungan yang
terbentang antara titik yang paling mudah menerima efek negatif dari stres yang
disebut disease prone personality (pribadi
yang rentan terkena penyakit) sampai dengan titik yang paling tahan terhadap
stres self healing personality
(pribadi yang cenderung mampu menyembuhkan diri sendiri). disease prone personality yaitu suatu kepribadian yang ditandai
oleh reaksi-reaksi emosional yang negatif terhadap stres, strategi coping yang
tidak efektif, dan pola-pola tingkah laku yang tidak sehat. Hal-hal yang
berkolerasi dengan kepribadian ini adalah kemungkinan yang lebih tinggi untuk
timbulnya penyakit dan rentang kehidupan yang lebih singkat. Sedangkan self healing personality adalah suatu
kepribadian yang ditandai oleh strategi coping stres yang efektif.
Individu-individu yang memiliki kepribadian ini biasanya adalah mereka yang
penuh semangat, responsif terhadap orang lain, dan berpikir positif tentang
kehidupan.
Strategi coping yang efektif
terhadap stres meliputi meningkatkan kebugaran tubuh, mengatur atau mengontrol
pikiran, perasaan, dan tindakan, mencari sumber-sumber afek positif (Misalnya
mempunyai binatang peliharaan) serta mengembangkan jarigan yang dapat
menyediakan hubungan sosial.
Orang banyak menghabiskan waktu
mereka di tempat kerja daripada di tempat aktivitas-aktivitas lainnya. Karena
mereka senanriasa bekerja bersama orang lain, berbagai temuan dan prinsip-prinsip
psikologi sosial dapat membantu memperjelaskan perilaku manusia di tempat
kerja.
Kepuasan kerja adalah sikap
individu terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
organisasional, seperti kondisi lingkungan kerja dan keadilan dari sistem
imbalan kerja, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor personal seperti senioritas,
status, dan trait-trait kepribadian tertentu. Temuan mutakhir menyatakan bahwa
tingkat kepuasan kerja sering kali cukup stabil pada banyak orang dan ada kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor genetis.
Hubungan antar kepuasan kerja
dan kinerja relatif lemah, sebagian disebabkan karena ada banyak faktor lain
yang mempengaruhi kinerja selain faktor sikap yang terkait dengan pekerjaan.
Individu sering kali melakukan
perilaku prososial di tempat kerja. Hal ini disebut perilaku kemasyarakatan
organisasional (organizational
citizenship behavior) disingkat OCB bentuknya dapat berbagai macam.
OCB adalah perilaku prososial
yang terjadi dalam organisasi baik yang diberi atau tidak diberi tanpa
mengharapakan imbalan dari perusahaan.
Contoh dari OCB individual
misalnya membantu meringankan pekerjaan orang lain yang terlalu berat,
menawarkan diri secara sukarela untuk membantu dapat diminta, selalu tepat
waktu, dan menghindari berlama-lama mengambil waktu istirahat.
OCB dipengaruhi oleh beberapa
faktor termasuk kepuasan kerja seberapa jauh para pegawai merasa diperlakukan
dengan adil oleh orgnisasi, dan sebaliknya seberapa luas mereka mendefinisikan
makna dari tanggung jawab pekerjaan mereka.
Faktor lain yang mempengaruhi
OCB adalah persepsi pegawai terhadap keluasaan pekerjaan mereka. Perilaku mana
yang memang merupakan bagian dari tugas, dan mana yang sukarela saja.
Kepemimpinan mengacu pada proses
di mana seorang anggota kelompok (sang pemimpin) mempengaruhi anggota kelompok
yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Teori orang besar merupakan
sebuah cara pandang mengenai kepemimpinan yang mengatakan bahwa para pemimpin
besar memang memiliki beberapa trait tertentu yang membedakan mereka dari
kebanyakan orang yaitu trait yang dimiliki oleh semua pemimpin besar tak peduli
kapan dan di mana mereka hidup.
Walaupun teori orang besar atas
kepemimpinan telah terbukti keliru, temuan terakhir menyatakan bahwa beberapa
trait pemimpin memang berbeda dari orang biasa. Misalnya, dua dari lima besar
dimensi kepribadian manusia ekstroversi dan keterbukaan terhadap pengalaman
baru berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin dan untuk
sukses dalam menjalankan perannya tersebut.
Lima besar dimensi kepribadian
merupakan dimensi dasar kepribadian manusia, dimensi-dimensi di mana individu
berada (seperti ekstraversi, agreeableness, dan neurotisme) seringkali tampak
dalam perilaku mereka sehari-hari.
Pemimpin memiliki perilaku dan
gaya yang berbeda-beda. Studi-studi klasik psikologi sosial mengenai isu ini
menyatakan bahwa pemimpin bervariasi dalam dua dimensi dasar yaitu kepedulian
dan memprakarsai struktur. Selain itu, pemimpin
juga bervariasi dalam dua dimensi penting lainnya, yaitu
otokratik-partisipatif dan permisif-teraarah.
Memprakarsai struktur
(berorientasi pada produksi). Sebuah dimensi kunci dari perilaku seorang
pemimpin. Pemimpin yang memiliki kadar tinggi dalam dimensi ini umumnya amat
mementingkan penyelesaian suatu pekerjaan (yaitu dengan produksi).
Kepedulian (berorientasi pada
manusia) sebuah dimensi kunci dari perilaku seorang pemimpin. Pemimpin yang
memiliki kadar tinggi dalam dimensi ini mengutamakan hubungan yang baik dengan
para bawahannya dan bagaimana membuat dirinya tetap disukai oleh mereka.
Pemimpin transformasional yaitu
pemimpin yang memiliki dampak yang sangat kuat terhadap para pengikutnya, dan dengan dampak tersebut
ia mampu mengubah organisasi ataupun masyarakat. Pemimpin transformasional
memiliki dampak yang sangat kuat pada para pengikutnya, dan sering kali mampu
mengubah masyarakatnya. Penelitian tentang sifat dasar dari bentuk kepemimpinan
ini menyatakan bahwa kepemimpinan tipe ini
bersumber pada beberapa perilaku tertentu, seperti pernyataan yang jelas
tentang visinya, pembingkaian (framing) pada tujuan yang hendak dicapai pada
kelompok untuk memperbesar arti penting tujuan tersebut, serta kepemilikan gaya
personal yang khas. Hubungan antara pemimpin yang memiliki seluruh kualitas di
atas dengan para pengikurnya akan sangat istimewa, dan dapat memaksimalkan
pengaruh pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.
Penelitian terbaru tentang
kepemimpinan transformasional menyatakan bahawa kinerja organisasi dapat
meningkat di bawah arahan pemimpin transformasional, namun hanya ketika
organisasi berada dalam situas lingkungan yang tidak mudah diduga serta mudah
berubah.
Pemimpin transaskional merupakan
pemimpin yang mengarahkan kelompoknya dengan cara pemberian imbalan bagi
perilaku yang diharapkan, memperbaiki kesalahan, dan merubah peraturan yang
ada. Pemimpin seperti ini umumnya berusaha memperkuat struktur dan
strategi-strategi organisasi yang sudah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar