Psikologi
sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada
dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology"
ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan "Social
Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross -
seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami
bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi,
dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.
Publikasi
lain yang dianggap fenomenal dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam
tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam padangan saat
ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku social berakar dari berbagai factor,
mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental untuk
penelitian psikologi social. Ia juga mengangkat isu yang ternyata di kemudian
hari masih diperbincangkan dan didiskusikan misalnya konformitas dan emosi
seseorang yang terlihat dari ekspresi wajah.
Tokoh lain
yang berpengaruh pada perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan
Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana
perilaku terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B:
Behavioral) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E:
Environment).
Psikologi
sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi
dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan
kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian
individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku
manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American
Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social
psychological section", sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin
psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya
tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga
dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Tahun 1970
dan 1980-an merupakan puncak masa pendewaan psikologi social. Ragam topic
penelitiannya juga meluas. Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan geder,
psikolgi lingkungan, psikologi politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di masa
depan, penelitian akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi social
dengan menggunakan perfektif kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap,
stereotip, prasangka dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman
dan Hadd, 2004) adalah dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan
untuk mengembangkan faktor ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun
1970-an. Perpektif kebudayaan dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal
ini terlihat pada perkembangan identitas sosial, representasi sosial dan
sebagainya.
Kelahiran
psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di
Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas
psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia
bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia.
Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi Universitas Indonesia
mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilkan para
peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Psikologi
social merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang
kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari
berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi social dapat
disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman
dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan
latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat,
semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial
berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar
manusia. Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua
macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan
sifatnya.
Jiwa massa
lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada
sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat
bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu,
hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam
keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam
buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun
1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi
dimulai disebagaian besar universitas . Dasar mempelajari psikologi sosial
berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses
perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat.
Potensi-potensi tersebut antara lain:
- kemampuan
menggunakan bahasa
- adanya
sikap etik
- hidup
dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok
di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak
memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat.
Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial /
gejala-gejala sosial. Sedangkan metode sosial antara lain : a. Metode
Eksperimen, b. Metode survey, c. Metode Observasi, d. Metode diagnostik –
psychis, e. Metode sosiometri.
Sebagai ilmu
yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial
dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum,
Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak
psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang
bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang
menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang
bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan
psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis,
sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai
psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa
social yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni,
aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat
dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan
kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan
individu.
Selain dua
aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara
individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural
personality.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar