JS

Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 01 Juli 2013

Kelompok Dan Individu Konsekuensi Dari Rasa Kepemikiran

Kelompok adalah sekelompok orang yang dipersepsikan terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu.

Psikolog sosial menyebut karakteristik kelompok yang seperti ini sebagai entiativity  yaitu derajat di mana suatu kelompok dipersepsikan sebagai satu kesatuan koheren (Campbell, 1958). Entiativity sangat bervariasi berkisar dari hanya sekumpulan orang yang kebetulan berada pada tempat yang sama dalam waktu yang sama tetapi memiliki sedikit atau tidak ada hubungan satu sama lain, sehingga kelompok yang sangat intim seperti keluarga atau kekasih kita.

Semakin tinggi derajat kelompok, semakin mereka dilihat sebagai kelompok yang koheren. Penemuan lain mengindikasi bahwa empat tipe kelompok yang berbeda muncul dari usaha partisipan untuk membagi kelompok ke dalam kategori-kategori : kelompok intim (keluarga, sepasang kekasih), kelompok berorientasi tugas (misalnya, komite, kelompok kerja), kategori sosial (wanita, orang-orang Amerika) dan hubungan atau asosiasi sosial yang lemah (misalnya, orang yang hidup dalam lingkungan yang sama, orang yang menikmati musik klasik).

Kelompok mempengaruhi anggota-anggotanya dalam banyak cara, tetapi derajat seperti itu sering kali dihasilkan melalui peran, status, norma dan kohesivitas.

Peran adalah suatu set perilaku yang diharapkan dilakukan oleh individu yang memiliki posisi spesifik dalam suatu kelompok.

Peran dapat membantu memperjelas tanggungjawab dan kewajiban anggota-anggotanya. Namun demikian, peran juga punya sisi buruk, anggota kelomok kadang-kadang mengalami konflik peran stres yang berasal dari fakta bahwa dua peran yang dimainkan bertentangan satu sama lain.

Status adalah posisi atau tingkatan dalam sebuah kelompok. Sedangkan norma adalah peraturan di dalam suatu kelompok yang mengindikasikan bagaimana anggota-anggota seharusnya atau tidak seharusnnya bertingkah laku.

Kohesivitas adalah semua kekuatan (faktor-faktor) yang menyebabkan anggota kelompok bertahan dalam kelompok.

Beberapa faktor mempengaruhi kohesivitas: termasuk I) status di dalam kelompok kohesivitas sering kali lebih tinggi pada diri anggota dengan status yang tinggi daripada yang rendah 2) usaha yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam kelompok makin besar usaha, makin tinggi kohesivitas; 3) keberadaan ancaman eksternal atau kompetisi yang kuat ancaman seperti itu meningkatkan ketertarikan dan komitmen anggota pada kelompok 4) ukuran kelompok kecil cenderung untuk lebih kohesif daripada yang besar.

Fasilitasi sosial adalah dampak terhadap kinerja yang berasal dari kehadiran orang lain.karena tampak bahwa ketika orang lain hadir kinerja meningkat, kadang-kadang kehadiran orang lain akan memfasilitasi kinerja tugas tapi kadang-kadang mengurangi kinerja.

Ketika keterangsangan meningkat,  kecendrungan kita untuk menunjukkan respons dominan yaitu respon yang paling mungkin muncul dalam situasi tersebut juga meningkat. Respon dominan seperti itu selanjutnya bisa saja tepat atau tidak tepat jika demikian halnya maka dapat dirunut secara logis bahwa bilamana kehadiran orang lain meningkatkan keterangsangan, faktor ini memperbaiki kinerja ketika respon dominan yang muncul adalah respon yang tepat, tetapi dapat memperburuk kinerja ketika respon dominan yang muncul adalah respon yang tidak tepat.

Teori dorongan atas fasilitasi sosial merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa dengan kehadiran orang lain saja dapat menimbulkan keterangsangan dan meningkatkan kecendrungan untuk menunjukkan respon dominan.

Teori distraksi konflik menyatakan bahwa kehadiran orang lain memunculkan kecendrungan yang saling bertentangan antara berfokus pada tugas yang sedang dilakukan dan pada penonton atau rekan. Hal ini dapat menyebabkan baik peningkatan keterangsangan maupun fokus perhatian yang menyempit.

Additive tasks merupakan tugas dimana hasil kelompok merupakan penjumlahan atau kombinasi dari usaha-usaha anggota individual.
Sedangkan social loafing adalah pengurangan dari motivasi dan usaha ketika individu bekerja secara kolektif dalam kelompok dibandingkan ketika mereka bekerja sendiri atau sebagai rekan yang independen

Model usaha kolektif (collective effort model/CEM) merupakan penjelasan mengenai social loafing yang mengungkapkan bahwa hubungan yang dipersepsikan antara usaha individu dan hasil lebih lemah ketika mereka bekerja bersama dengan orang lain dalam sebuah kelompok. Hal ini kemudian menghasilkan kecendrungan munculnya social loafing.

Social loafing dapat dipahami dengan cara memperluas teori dasar atas motivasi individual / expectance valence theory pada situasi yang melibatkan kinerja kelompok. expectance valence theory menyebutkan bahwa individu akan bekerja pada tugas yang diberikan hanya jika kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi : 1) mereka percaya bahwa bekerja keras akan menghasilkan kinerja yang lebih baik (pengharapan/expectancy) 2) mereka percaya bahwa kinerja yang lebih baik akan dilakukan dan dihargai (instrumentalitas/instrumentality), serta 3) penghargaan yang diperoleh adalah sesuatu yang mereka anggap berharga dari diinginkan (valensi/valence).

Social loafing dapat dikurangi dengan beberapa cara dengan membuat hasil akhir teridentifikasi secara individual, dengan meningkatkan komitmen pada tugas dan meningkatkan perasaan bahwa tugas tersebut penting, serta dengan meyakinkan bahwa kontribusi dari setiap anggota pada tugas adalah unik.

Kerja sama merupakan perilaku dimana kelompok bekerja bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang sama.

Konflik adalah suatu proses dimana individu atau kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera mengambil tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka.

Namun kerja sama tidak tercipta dalam banyak situasi di mana sebenarnya hal tersebut memungkinkan suatu alasan mengapa ini terjadi adalah karena situasi seperti ini sering kali melibatkan dilema sosial dimana individu dapat meningkatkan keuntungan pribadinya dengan tidak bekerja sama.

Beberapa faktor mempengaruhi ada tidaknya kerja sama dalam situasi seperti itu meliputi kecendrungan yang kuat pada prinsip timbal balik, orientasi pribadi terhadap kerja sama, dan komunikasi.

Timbal balik adalah aturan mendasar dari kehidupan sosial bahwa individu cenderung memperlakukan orang lain sebagaimana orang-orang tersebut telah memperlakukan mereka..

Psikolog evolusioner menyatakan bahwa kecendrungan kita untuk melakukan timbal balik berasal dari fakta bahwa organisme yang bekerja sama lebih cenderung bertahan hidup dan bereproduksi daripada organisme yang tidak bekerja sama.

Efek diskontinuitas merujuk pada fakta bahwa kelompok lebih cenderung untuk berkompetensi satu sama lain daripada individu. Singkat kata, kerja sama antarkelompok lebih sulit diperoleh daripada kerja sama antar anggota kelompok.

Konflik adalah proses yang terjadi ketika individu atau kelompok mempersepsikan bahwa kepentingan orang lain tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka.

Konflik juga dapat muncul dari faktor-faktor sosial seperti atribusi yang salah, komunikasi yang buruk, kecendrungan untuk mempersepsikan pandangan sendiri sebagai objektif, dan trait pribadi.

Konflik tidak hanya muncul dari kepentingan yang bertentangan. Sebaliknya, konflik sering muncul dari faktor-faktor sosial keluhan atau amarah yang berkepanjangan, keinginan membalas dendam, persepsi sosial yang tidak tepat, komunikasi yang buruk, dan faktor-faktor lain yang serupa.

Konflik dapat dikurangi dengan banyak cara tetapi tawar menawar dan adanya tujuan superordinat. Tawar menawar (negosiasi) adalah di mana pihak yang berlawanan saling bertukar penawaran, panwaran balasan dan konsesi, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Sedangkan tujuan superordinat adalah tujuan yang dicari oleh kedua belah pihak yang mengalami konflik dan tujuan ini mengikat kepentingan mereka bersama-sama alih-alih memisahkan mereka.

Ketika individu mengalami konflik dengan anggota dari kelompok budaya atau etnisnya sendiri, ia sering berfokus pada kepedulian terhadap hubungan. Dalam konflik dengan orang dari kelompok budaya lain, ia cenderung untuk berfokus pada kepedulian terhadap hasil akhir.

Individu berharap untuk diperlakukan secara adil oleh kelompok di mana mereka bergabung. Keadilan dapat diniai dalam kaitannya ddengan hasil akhir (keadilan distribusi), prosedur (keadilan prosedural) atau perlakuan baik (keadilan interaksional)

Keadilan distributif mengacu pada penilaian individual mengenai apakah mereka menerima bagian yang adil dari hasil akhir yang ada bagian yang proporsional dengan kontribusi mereka pada kelompok (atau pada hubungan sosial manapun)

Keadilan prosedural adalah keadilan dari prosedur yang digunakan untuk mendistribusikan hasil akhir yang ada diantara anggota kelompok.

Keadilan interaksional merupakan derajat sampai sejauh mana orang yang mendistribusikan hasil menjelaskan atau mendistribusikan keputusannya serta menunjukkan kepedulian dan sikap baik pada mereka yang menerima hasil tersebut.

Ketika individu merasa bahwa mereka telah diperlakukan secara tidak adil, mereka sering mengambil langkah-langkah untuk memulihkan keadaan. Langkah-langkah ini berkisar mulai dari tindakan nyata seperti mengurangi kontribusi mereka sampai pada tingkatan terselubung seperti pencurian atau sabotase oleh pegawai atau perubahan dalam persepsi mempercayai bahwa orang lain layak menerima perlakuan yang lebih baik.

Pengambil keputusan merupakan proses yang melibatkan penggabungan dan penyatuan informasi yang ada untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan tindakan.

Skema keputusan sosial merupakan peraturan yang menghubungkan antara distribusi awal dari pandangan anggota dengan keputusan final kelompok

Telah dipercaya secara luas bahwa kelompok membuat keputusan yang lebih baik daripada individu. Namun, temuan penelitian mengindikasikan bahwa kelompok sering memiliki kecendrungan pada efek polarisasi kelompok yang menyebabkan kelompok mengambil keputusan yang lebih ekstrim daripada keputusan individual.

Polarisasi kelompok merupakan kecendrungan pada anggota kelompok sebagai hasil dari diskusi kelompok untuk bergerak menuju posisi yang lebih ekstrim daripada mereka pegang pada awalnya.

Kelompok sering mengalami groupthink yaitu kecendrungan untuk mengasumsikan bahwa mungkin mereka salah dan bahwa informasi yang berlawanan dengan pandangan kelompok harus ditolak.

Kelompok sering terlibat dalam pemrosesan informasi secara luas untuk mencapai keputusan yang menjadi preferensi mereka dari awal, atau untuk mendukung nilai umum seperti keadilan distributif

Memperbaiki keputusan kelompok ada dua yaitu devils advocate technique dan perselisihan paham secara alami.

Devils advocate technique adalah teknik untuk meningkatkan kualitas keputusan kelompok di mana satu anggota kelompok diberikan tugas untuk mejadi tidak setuju dengan dan mengkritik apa pun rencana atau keputusan yang sedang dipertimbangkan.

Perselisihan paham secara alami merupakan suatu teknik untuk memperbaiki kualitas dari keputusan kelompok di mana satu atau lebih anggota kelompok secara aktif tidak setuju dengan preferensi awal kelompok tanpa secara sengaja diberikan tugas ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://isroi.files.wordpress.com/2010/01/chicken-egg.gif%3Fw%3D468&imgrefurl=http://www.jualcdsoftware.com/2011/11/cara-pasang-animasi-lucu-pada-blog.html&usg=__pffPdWlC4BLeIxRZKT3efI3QZhc=&h=200&w=250&sz=16&hl=id&start=17&sig2=lK53suQGqNLsKL51AuVHUw&zoom=1&tbnid=dl58wn7gc0YGOM:&tbnh=89&tbnw=111&ei=0QLTUeTEJMa8rAf8pYCQAQ&itbs=1&sa=X&ved=0CEoQrQMwEA